Pusat Pengobatan Tradisional Tiongkok

314 dibaca

Keberadaan Klenteng Hok Swi Bio di Jalan Jaksa Agung Suprapto 123 Bojonegoro tampak megah dan artistik. Masih menampakkan keasliannya. Belum banyak mengalami pemugaran. Bahkan, kalau dilihat dari jauh menampakkan khas kebudayaan Tiongkok Kuno.

Keaslian kelenteng tersebut memang sengaja dilestarikan oleh para engurusnya. Karena untuk menghormati para leluhur yang telah membangun dengan susah payah dari hasil uang bisnisnya. Bahkan dibawah tekanan Belanda yang sedang menjajah Indonesia.

Klenteng Hok Swi Bio memiliki ciri-ciri yang unik dan khusus. Yaitu ciri-cirinya, tiang penyangga dikelilingi hiasan Ular Naga yang seakan-akan hidup. Karena yang membuat memang sudah memiliki keahlian dari negeri Tiongkok.

Kemudian di dinding tembok luar berlukiskan sketsa cerita tentang perjalanan Sun Go Kong, seorang manusia berwajah kera yang memiliki kesaktian yang cukup tinggi dan sangat patuh terhadap gurunya. Ke mana pun gurunya selalu diikuti. Meskipun harus berjalan cukup jauh.

Sedangkan bangunan yang berada di dalam ruang sembahyang terdapat patung Dewa Hok Tek Ceng Sin diapit oleh patung Kwan Im dan Kwan Kong. Patung-patung tersebut banyak disembah umat Tri Dharma Bojonegoro. Sebab dianggap sebagai dewa pemberi kesejahteraan kepada umat manusia.

“Banyak keistimewaan di tempat ibadah Tri Dharma Hok Swi Bio Bojonegoro. Di antaranya yang dimuliakan adalah Hok Tek Ceng Sin (Dewa Bumi). Sebab, dianggap sebagai dewa pemberi kesejahteraan hidup di muka bumi,” ujar Joyosutrisno, salah seorang pengurus kelenteng.

Di klenteng tersebut tuan rumahnya adalah Hok Tek Ceng Sin. Merupakan dewa bumi yang paling dimuliakan. Cukup banyak yang melakukan sembayangan terhadap dewa tersebut. Karena dianggap mampu memberikan kebahagiaan di dunia berupa kesuburan tanaman dan mendapatkan rezeki. Meskipun dalam kondisi paceklik.

Sedangkan, Kwan Im Po Sat, seorang wanita Buddha yang baik hati dan bisa memberikan bimbingan pada manusia. Karena itu umat Tri Dharma selalu berharap agar mendapat bimbingan dari dewa. Tujuannya agar tetap hidup tenteram dan damai.

Sementara, Kwan Kong adalah panglima perang kerajaan Tiongkok penegak keadilan. Dewa tersebut dulunya seorang hakim kerajaan yang berani menegakkan keadilan tanpa melihat siapa pun yang bersalah. “Kedua tokoh itu diyakini dapat memberikan bimbingan dan keadilan. Karena itu, umat Tri Dharma jika datang ke klenteng, bukan hanya menyembah Dewa Hok Tek Ceng Sin. Juga ke patung Kwan Kong dan Kwan Im Po Sat,” ungkap Joyotrisno, keturunan tiga generasi penjaga Klenteng Hok Swi Bio Bojonegoro.

 Minum Teh

Klenteng tersebut tidak saja berfungsi sebagai tempat ibadah. Anehnya, juga digunakan untuk kegiatan penyembuhan penyakit dan bukan hanya untuk bersembahyang kepada tiga Dewa. Tetapi juga melakukan kegiatan penyembuhan terhadap penyakit ringan yang diderita. Seperti sakit kepala dan panas dalam yang agak sulit disembuhkan. Oleh karena itu, jumlahnya cukup banyak yang datang.

Kegiatan itu, hasilnya memang sudah terbukti. Banyak yang penyakitnya sembuh setelah melakukan pengobatan. Model pengobatannya secara tradisional ala kerajaan Tiongkok yang sudah melegendaris. Selain itu, dapat menekan biaya obat-obatan dan berobat ke dokter. Karena biasanya sangat mahal satu kali mendatangi dokter.

Cara yang mereka lakukan cukup unik. Yaitu, datang ke klenteng pada hari tertentu. Minta teh kepada penjaga atau pelayan. Teh yang diterima kemudian ditaruh ke dalam gelas. Lantas disembayangi dan menghadap patung Hok Tek Ceng Sin. Teh yang dituangkan dalam gelas dan disembahyangi. Lalu, diminum hingga habis. Kepercayaan ini sudah dilakukan selama ratusan tahun.

Usai melakukan penyembahan, teh diminum dengan penuh keyakinan akan kesembuhannya dan langsung pulang ke rumah masing-masing. Sambil menunggu hasilnya dalam beberapa hari. Jika penyakitnya masih belum sembuh, maka permintaan ditujukan kepada Kwan Im Po Sat dan Kwan Kong dengan melakukan ritual sembayangan.Husnu mufid