Menghamba Pada Uang

239 dibaca

Semua orang  mencari uang. Dengan segala cara. Uang dianggap sebagai sumber kebahagiaan hidup. Sepertinya apa yang dikemukakan ahli tasawuf yang juga penyair kenamaan Jalaluddin Rummi mengandung kebenaran. Ahli tasawuf kelahiran Kota Balkh tahun 604 H/1217 M itu mengatakan; “Manusia dilahirkan di dunia untuk berjuang dan bekerja keras mencari kebahagiaan hidup.”

Oleh karena itu, karena banyak yang berpikiran bahwa sumber kebahagiaan adalah uang, maka banyak orang mengaktualkan potensi dirinya untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Bahkan, karena kecenderungan sebagai insan yang senantiasa tidak memiliki rasa puas, semakin banyak uang yang dimilikinya semakin rakus untuk mendapatkan lebih banyak lagi.

Tak peduli lagi halal dan haram. Karena uang hasil pekerjaan haram pun sama lakunya dengan uang dari hasil pekerjaan halal. Hal ini telah dilakukan para koruptor dan Dimas Kanjeng Taat Pribadi beserta pengikutnya. Hingga rela masuk penjara.

Uang memang memberikan banyak kemudahan dalam hidup ini karena posisinya sebagai nilai tukar. Dengan uang yang ada di tangan kita, dapat menukar dengan bentuk barang atau jasa yang mampu melahirkan rasa puas dan bahagia dalam diri kita untuk sejenak waktu.

Ya, sejenak waktu. Karena menurut teori ekonomi, semakin banyak uang yang kita miliki itu melahirkan semakin banyak keinginan atau kebutuhan yang harus dipenuhi. Teori itu menggambarkan begitu susahnya kita memperoleh kebahagiaan dalam waktu lama meski banyak sekali memiliki uang.

Lantas, bagaimana dengan kita? Apa kita yang termasuk menghamba pada uang sehingga siap melakukan apa saja asal bisa mendapatkan banyak uang. Tak peduli cara yang kita lakukan itu bertentangan dengan hukum positif atau hukum agama. Bahkan termasuk golongan orang yang memiliki pemahaman zaman sekarang ini cari yang haram saja susah apalagi cari yang halal’ untuk meringankan perbuatan yang sebenarnya bertentangan dengan nurani kita dalam meraup rezeki-Nya. Banyak orang miskin dan kaya yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang.

Selama kita menghamba pada uang semua keburukan bisa saja terjadi dan kita lakukan dengan ringan. Karena perasaan berdosa mudah sekali terhapus dengan uang hasil perbuatan yang tidak baik tersebut. Masalahnya, setelah banyak uang di kantong kita apa lantas kita merasa puas dan bahagia?

Dalam jangka pendek mungkin iya, tetapi dalam jangka panjang pastilah tidak. Karena sumber kepuasan dan kebahagiaan itu bukan menghamba pada uang, melainkan menghamba pada Sang Khalik. Imam Al-Ghazali mengingatkan, “Puncak tertinggi kepuasan dan kebahagiaan adalah makrifat (mengenal Tuhan), karena Dia-lah yang merupakan sumber segala kenikmatan dan keindahan yang bisa memuaskan manusia.”

Untuk itulah, kita sebagai umat Islam hendaknya jangan menghamba kepada uang. Karena uang bukan segala-galanya mencapai kebahagiaan lahir batin. Malahan justru menyengsarakan. Kita harus mencari uang dengan jalan halal yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam sehingga mendapatkan kebahagiaan.

Sedangkan banyak orang mencari uang dengan cara haram dan menyimpang dari ajaran Islam. Yang didapat adalah justru penderitaan selama hidup. Bahkan di akhirat pun mendapatkan siksa.

HUSNU MUFID