Pemangku Ponpes Tertua Qomaruddin Bungah Wafat

794 dibaca
  1. ▪︎GRESIK-POSMONEWS.COM,-
    …Innalillahi wa Innailaihi Rojiun..
    Kabar duka menyeruak di kalangan ulama di Kota Pudak Gresik, Jawa Timur. Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Qomaruddin, Sampurnan, Kecamatan Bungah, KH Moh. Iklil Sholeh, wafat Ahad (5/2/2023) malam di RSUD dr Soetomo, Surabaya.

KH. M. Iklil Sholeh atau lebih akrab disaba Kiai Iklil merupakan paman Wabup Gresik, Hj. Aminatun Habibah (Mbak Min) ini rencananya, salat jenazah dilaksanakan Senin (6/2), pukul 13.00 WIB, di Langgar Agung, Ponpes Qomaruddin, Sampurnan.

Kabar meninggalnya Kiai Iklil membuat duka mendalam dari berbagai kalangan. Termasuk dari Nahdlatul Ulama (NU), Majelis Ulama Indonesia (MUI) Gresik, dan banyak tokoh lainnya.

‘’Keluarga besar MUI Kabupaten Gresik turut berduka sedalam-dalamnya atas wafatnya KH Muhammad Iklil Sholeh. Semoga almarhum husnul khatimah. Alfatihah,’’ kata Ketua MUI Gresik, KH. Mansur Shodiq.

Kiai Iklil merupakan keturunan dari KH Qomaruddin, pendiri Ponpes Qomaruddin. Kiai Iklil putra dari Nyai Khadijah binti KH. Ismail bin KH. Soleh bin KH. Abu Ishak bin Nyai Rosiyah binti KH. Harun bin KH. Qomaruddin.

Pesantren Qomaruddin

Dikutip dari laman resmi Yayasan Pondok Pesantren Qomaruddin (YPPQ), Ponpes Qomaruddin didirikan Kiai Qomaruddin awalnya, pesantren berdiri di Desa Kanugrahan, dekat Desa Pringgoboyo, Kecamatan Meduran, Lamongan, Jatim. Pertama, berdiri dengan nama Pesantren Kanugrahan (catatan sejarah berdiri pada 1753 M).

Pesantren Kanugrahan sudah dikenal luas. Jumlah santri mencapai sekitar 300 orang. Angka yang sangat besar ukuran waktu itu. Beberapa tahun kemudian, Kiai Qomaruddin ingin pergi ke Gresik. Tujuannya, menemui seorang santrinya yang bernama Tirtorejo, keturunan Kanjeng Sunan Giri. Kala itu, santrinya telah menduduki jabatan sebagai tumenggung di Gresik.
Dalam perjalanannya menuju Gresik, tempat pertama yang disinggahi adalah Desa Morobakung, Kecamatan Manyar.

Di desa ini Kiai Qomaruddin mendirikan rumah dan surau untuk tempat mengajarkan ilmu agama. Tidak diketahui dengan pasti, berapa tahun Kiai Qomaruddin bermukim di Morobakung itu.

Desa Morobakung berasal dari kata moro dan bakung. Moro artinya datang, sedangkan bakung adalah singkatan dari kata embah kakung. Maksudnya, seorang sesepuh laki-laki. Nah, Mbah kakung itu adalah Kiai Qomaruddin.

Kedatangan Kiai Qomaruddin ke desa tersebut diterima sebagai datangnya seorang sesepuh, yang sangat diharapkan dan dicintai masyarakat. Nama desa itu terabadikan hingga sekarang.

Setelah itu, Kiai Qomaruddin meninggalkan Desa Morobakung. Pindah menyeberang Bengawan Solo ke arah utara, tepatnya di Desa Wantilan. Tidak jauh dari Desa Morobakung. Kepergiannya ini karena ingin mencari lokasi yang dianggap tepat sebagai pesantren.

Ada lima kriteria yang diidealkan Kiai Qomaruddin untuk lokasi pesantren. Pertama, dekat dengan pemerintahan untuk memudahkan hubungan dengan pusat kekuasaan.

Kedua, dekat dengan jalan raya agar memudahkan transportasi. Ketiga, dekat dengan pasar untuk memenuhi kebutuhan pokok. Keempat, dekat dengan hutan untuk memudahkan mencari kayu bakar dan kebutuhan pokok lainnya, dan kelima, air yang mencukupi kebutuhan keluarga dan santri.

Pertimbangan tersebut kemudian dipadu dengan hasil istikharah. Hasilnya,  menunjukkan bahwa Kiai Qomaruddin harus mengembara lagi untuk kali kesekian. Tujuannya, menentukan tempat yang tepat untuk mendirikan pondok pesantren.

Sampailah Kiai Qomaruddin di suatu tempat. Lokasinya, di antara Masjid Kiai Gede Bungah dengan Kantor Distrik Kecamatan Bungah.
Di tempat itu Kiai Qomaruddin mendapatkan firasat yang baik sesuai dengan cita-citanya.

Akhirnya, di tempat itu pula beliau mendirikan pesantren. Tepatnya pada 1775 M atau 1188 Hijriah. Kanjeng Tumenggung Tirtorejo alias K. Yudonegoro memberi nama pesantren baru yang didirikan Kiai Qomaruddin itu dengan nama Pesantren Sampurnan.

Mbah KH Zubair Abdul Karim, sesepuh Ponpes Sampurnan, menyebutkan bahwa pemberian nama itu merupakan isyarat dan harapan. Agar Kiai Qomaruddin dan anak cucunya tetap menetap di Sampurnan. Sebab, Sampurnan merupakan tempat yang baik. Utamanya bagi berdiri dan berkembangnya sebuah pesantren.

Mbah Zubair juga menjelaskan, kata Sampurnan merupakan akronim atau kependekan dari kata sampurno temenan. Artinya, benar-benar tempat yang sempurna.

Pada 1960-an atas inisiatif Kiai Hamim Shalih, putra Kiai Sholih Musthofa, pesantren ini diberi nama Darul Fiqih. Nama itu dinilai cocok untuk digunakan. Beberapa pertimbangannya, antara lain, kitab yang banyak menjadi rujukan pengajaran, terutama sejak kepemimpinan Kiai Moh. Sholih Tsani adalah kitab-kitab fiqih.

Selain itu, harapan agar pesantren ini dapat mencetak kader-kader ahli fiqih yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmunya di masyarakat. Lalu, pesantren diharapkan menjadi rujukan penetapan hukum bagi masyarakat sekitar. Namun, sejak pertengahan 1970-an, pesantren ini berubah nama menjadi Qomaruddin.

Nama tersebut dinisbatkan kepada pendirinya, yaitu Kiai Qomaruddin sekaligus dalam rangka tabarruk atau mengharapkan limpahan kebaikan kepada pendirinya. Sampai sekarang nama Ponpes Qomaruddin inilah yang formal administratif dipergunakan. Baik untuk keperluan internal maupun eksternal. Sejak 1972, juga resmi berbadan hukum dalam bentuk yayasan. Lantas siapa yang menjadi penerus KH. Moh. Iklil Sholeh? ▪︎[zubairi indro]