PANDULUM PRIMBON & KEARIFAN LOKAL

302 dibaca

▪︎Perang Magis Pulung Pilkades di
Lamongan (4-Habis)

▪︎LAMONGAN–POSMONEWS.COM,-
Sebagai pandulum untuk mendapat kabegjan, keberuntungan yang diartikan kemenangan. Orang Jawa mengenal Primbon sebagai hitungan kiblat (empat penjuru mata angin) yang diyakini sebagai Naga Dina, saat lungguh, atau tempat seseorang yang akan mendapat kejayaan atau Pulung Wahyu.

Hal tersebut juga dipegang erat oleh calon kepala desa dalam pesta demokrasi Pilkades. Lewat tim spiritualnya atau pinisepuh adat yang paham dengan Ilmu Primbon Jawa, misalnya Kitab Betaljemur Adaknakna, Bekti Jamal, Sabda Amerta bisa dihitung tempat si calon itu berpeluang menang atau kalah.

Misalnya di sebuah desa yang memiliki beberapa dusun, terdapat 3 calon, pada hitungan Primbon maka di Bulan Juli ini menurut naga Dina kemenangan ada di Utara. Artinya jika wilayah desa itu ada calon Kades, dari dusun selatan, tengah dan Utara. Maka diyakini calon yang menang itu ada di arah Utara.

Dari penggalian lapangan jurnalis posmonews.com, saat ini tidak banyak tokoh kejawen Ahli Primbon yang benar-benar pinilih, wasis dan wanter (sakti).

Terhadap tokoh spiritual ahli kejawen di atas, sebuah kisah di Pilkades 2022 ini sama dengan pengalaman media ini saat Pilkada di kota X. Syahdan dalam perjalanan liputan dari sebuah tempat menuju kota kabupaten, posmonews.com secara tidak sengaja bertemu. dengan seorang winasis sebut saja Mbah Di.

Pria sepuh asal kota kelahiran Gus Dur ini pun bercerita bahwa ia diminta sebagai spiritualis salah satu calon sebut saja A, dan sudah deal dengan mahar 750juta. Namun anehnya, Si Mbah tetap jujur bahwa di pemilihan nanti yang menang adalah B. Bukan orang yang ia backingi. Aneh?

Ternyata tokoh pesohor ini telah tahu dari hitungan Primbon Kemenangan. Namun karena tim sukses A yang lebih dulu sowan dan minta restu maka ia terima. Dan suatu hari datang lagi tim sukses B untuk meminta restunya dengan mahar 1 M pun, namun ia tidak mau menerima karena ia tetap menghormati tamu pertamanya.

Pada disiplin ilmu orang-orang ahli primbon ini menurut pemerhati budaya Jawa, KRT. Eko Wahyudi Reksomulyo, MM, merupakan sesuatu hal yang harus dihormati karena sebagai tokoh kearifan lokal. Mereka harus tetap hidup, lestari dan memiliki penerus sehingga tidak punah.

Keistimewaan spiritualis ahli primbon juga dinilai tidak bersifat menimbulkan permusuhan, efek negatif bahkan mencelakakan orang lain.

Sebagai mana hakikat primbon, adalah kitab warisan leluhur Jawa yang berorientasi pada relasi antara kehidupan manusia dan alam semesta. Primbon berfungsi sebagai pedoman untuk menentukan sikap dalam suatu tindakan dalam kehidupan.

Kitab warisan leluhur ini berisikan ramalan, menghimpun berbagai pengetahuan kejawaan, berisi rumus ilmu gaib, sistem bilangan yang pelik untuk menghitung hari mujur, dan mengurus segala macam kegiatan yang penting.

” Dari tata keharmonisan alam dan manusia, maka ilmu primbon juga digunakan sebagai pedoman atau arahan dalam rangka mencapai keselamatan dan kesejahteraan lahir-batin.

Jadi kalau kita disuruh menimbang disiplin ilmu spiritual untuk sebuah pemilihan seperti Pileg, Pilkada, Pilkades itu yang saya pikir sangat tepat. Tidak saling menyakiti, berefek negatif, dan tidak akan ngundhuh wohing Pakarti,” kata pria yang juga pemangku Padepokan Bhakti Persada, Mojokerto ini. **(DANAR SP/ ARIFIN K)