Keindahan dan Kemegahan Kuil Matahari Konark Orissa India

331 dibaca

KUIL Matahari Konark (Konark Sun Temple, Orissa) dibangun sekitar tahun 1250 M, oleh Raja Narasingha Deva I dari Dinasti Gangga Timur. Bagaimana keindahan dan kemegahan Kuil Matahari tersebut?

Kuil Matahari terletak di Konark, sekitar 35 km sebelah utara Puri di garis Pantai Orissa. Istilah Konark berasal dari istilah Sansekerta Kona (artinya sudut) dan Arka (artinya matahari).

Puncak menara utama (bada deul) candi pernah berdiri setinggi 229 kaki, tetapi runtuh sekitar abad ke-17 atau ke-18. Itu disebut “Pagoda Hitam” oleh para pelaut Eropa hingga akhir 1676, karena puncak menara candi yang besar tampak hitam ketika para pelaut berlayar di pantai. Yang tersisa sekarang adalah jagamohana atau mandapa (ruang pertemuan) yang juga merupakan bangunan megah dengan ketinggian 128 kaki.

Menurut catatan tradisional, tempat suci bagian dalam (garbagriha) candi awalnya memiliki berhala Dewa Matahari yang digantung di udara dengan penggunaan bahan magnet dan diamagnetik (yang ditolak oleh medan magnet).

Fakta secara ilmiah bahwa, “diamagnet dapat diangkat dalam kesetimbangan stabil dalam medan magnet, tanpa konsumsi daya.” Oleh karena itu, kisah-kisah tradisional dapat memiliki kebenaran.

Catatan tradisional juga menyatakan bahwa dulu ada berlian besar yang ditempelkan di tutup kepala berhala Dewa Matahari. Karena kuil ini berada pada poros Timur-Barat, sinar pertama matahari pagi biasa jatuh pada berlian ini dan menerangi seluruh tempat suci menciptakan tontonan super megah.

Ketika Kalapahad, Jenderal Sultan Benggala, menghancurkan dan mengobrak-abrik kuil pada tahun 1568 M, dia mengambil intan dan merusak batu beban. Akibatnya, puncak menara utama mulai runtuh secara bertahap, dan bagian terakhir yang berdiri, bagian melengkung kecil, runtuh pada tahun 1848.

Seluruh kuil dianggap sebagai kereta Dewa Matahari, dengan roda dan kuda yang sangat besar. Desain candi yang monumental, bersama dengan karya seni yang sangat rumit, sangat menakjubkan.

Kuil ini dinyatakan sebagai situs warisan dunia UNESCO pada tahun 1984. Banyak wisatawan telah mengunjungi kuil ini, karena dekat dengan kota tepi laut Puri dengan Kuil Jagannatha yang terkenal, dan setiap kali merupakan pengalaman yang memikat.

Patung di pintu masuk ini disebut nara-gaja-simha (manusia-gajah-singa). Itu menyerupai Yali atau Vyala yang digambarkan di pintu masuk banyak kuil di India Selatan dan Timur.

Suku Yali juga dikenal masyarakat Lembah Indus.”Simbol Yali pada Segel Indus dan hubungannya dengan Kartikeya-Murugan”. Ini adalah ruang dansa (nat-mandir atau nritya mandap). Dari sini berhala di dalam candi bisa dilihat, dan penari biasa tampil untuk dewa.

Menurut cerita tradisional, sinar matahari pagi pertama jatuh pada berlian yang ditempelkan di tutup kepala berhala Dewa Matahari, dan menerangi seluruh tempat suci.

Sebuah cerat makara di atap aula dansa untuk mengalirkan air hujan. Makara adalah hewan komposit yang menggabungkan atribut gajah, buaya, dan burung merak. Hal ini dapat dilihat di biara-biara Buddha, kuil-kuil Cina dan Piramida Mesoamerika.

Pintu masuk ke jagamohana atau aula pertemuan (mandapa), dengan lengkungan korbel berundak. Ini bukan candi utama. Candi utama terletak di belakang jagamohana, tetapi puncaknya telah runtuh. Kuil Matahari dipahami sebagai kereta dewa matahari (Surya) dengan 24 roda, dan ditarik oleh tujuh kuda. 24 roda sesuai dengan 12 bulan dalam kalender Hindu, setiap bulan memiliki dua siklus bulan.
**(za/alams)