Enam Lubang Pengorbanan Berisi 500 Artefak

133 dibaca

• Ungkap Ritual Kerajaan China Kuno

Para arkeolog telah menemukan enam lubang pengorbanan yang berisi sekitar 500 artefak, termasuk topeng emas dan perunggu di situs Sanxingdui.

Sanxingdui merupakan nama situs arkeologi dan kebudayaan Zaman Perunggu besar di Guanghan modern, Sichuan, China.

Menurut laporan berita Xinhua, Situs itu terletak sekitar 1.500 kilometer barat daya Beijing, China.

Artefak tersebut diperkirakan berasal dari 3.000 tahun lalu, saat kerajaan kuno Shu memerintah bagian China ini.

Selain topeng, para arkeolog juga menemukan artefak perunggu dengan ukiran naga dan sapi, miniatur patung gading, sutra, beras berkarbonisasi (beras yang telah berubah menjadi karbon) dan benih pohon.

“Anehnya, kami telah menemukan beberapa barang dari perunggu yang belum pernah terdengar sebelumnya,” imbuh Lei Yu, seorang arkeolog dari Institut Penelitian Arkeologi dan Relik Budaya Provinsi Sichuan, kepada Xinhua.

“Misalnya, beberapa barang dari perunggu besar dan halus memiliki desain naga atau sapi yang tampak aneh.”

Para peneliti belum menemukan sisa-sisa manusia di dalam lubang, dan mereka tidak tahu fungsi lubang tersebut. Meski begitu, penemuan enam lubang tersebut bisa memberikan petunjuk tentang ritual yang dilakukan masyarakat kerajaan Shu saat itu.

Penguburan Manusia?

Dilansir dari Live Science, Kamis (27/5/2021), situs Sanxingdui ditemukan secara tidak sengaja oleh petani di Guangjhan pada 1929. Saat itu, dia menemukan lubang artefak batu giok.

Sayangnya, situs tersebut tidak tenar di kalangan arkeolog sampai tahun 1986, ketika ahli menemukan dua lubang berusia 3.200 tahun yang berisi ribuan artefak.

“Lubang-lubang lain yang terletak di sebelah lubang yang baru ditemukan, juga tidak memiliki kerangka manusia, dan para ahli memperdebatkan untuk apa lubang itu digunakan,” kata Chen Shen, kurator senior seni dan budaya Tiongkok di Museum Royal Ontario di Toronto, menulis dalam bukunya Anyang and Sanxingdui: Unveiling the Mysteries of Ancient Chinese Civilizations (Royal Ontario Museum, 2002).

“Beberapa percaya lubang itu semacam penguburan, tapi tanpa kerangka manusia. Tubuh manusia mungkin telah menjadi abu sebagai hasil dari upacara pembakaran ritual,” tulis Shen dalam bukunya.

Kemungkinan lain adalah bahwa pit mungkin terkait dengan perubahan politik yang sedang terjadi di wilayah tersebut.

Shen mencatat bahwa orang-orang perlahan-lahan meninggalkan situs Sanxingdui sekitar 3.000 tahun yang lalu.

Sementara situs tersebut perlahan-lahan ditinggalkan, kerajaan Shu tetap hidup sampai ditaklukkan oleh negara bagian lain bernama Qin pada tahun 316 SM.

Penggalian enam lubang yang baru ditemukan dan analisis artefak yang ditemukan di dalamnya sedang berlangsung.
Minimnya sumber tekstual yang membahas apa yang terjadi pada waktu itu membuat ahli kesulitan menganalisis fungsi lubang tersebut.**(kmp/ram)