MENYIBAK KABUT LOKATANTRA

283 dibaca

• Refleksi Spiritual Hari Jadi Lamongan ke-452

LAMONGAN-POSMONEWS.COM-,
Hari ini, Rabu (26/05/2021) Lamongan tepat berusia 452 tahun jika ditarik mundur peristiwa bersejarah yakni diwisudanya Ronggohadi oleh Sunan Giri IV yang kemudian bergelar Tumenggung Surajaya sebagai Adipati Lamongan pertama, di Hari Kamis Pahing, Tanggal 10 Dulhijah 976 H atau 26 Mei 1569 Masehi.

Refleksi spiritual dari peringatan Hari Jadi Lamongan ini dipaparkan oleh komunitas paguyuban paranormal di Lamongan yang memberi pandulum terhadap kejayaan kota ini.

Di usia 452 tahun Lamongan yang kini dipimpin oleh Bupati H.Yuhrohnur Efendi (Pak Yes, red) ini sebelumnya banyak diprediksi oleh kalangan winasis ini banyak menemui batu sandungan, ujian dan cobaan kayaknya kabut hitam yang melingkupi Lokatantra (nama pendopo Kab.Lamongan, red) .

Hal itu ternyata lain dengan terawangan yang dilakukan oleh salah satu tokoh supranatural Nasional asli Lamongan,
Kyai M. Muzakkin (Gus Zakky), Pengasuh Pondok Pesantren Khusus Rehabilitasi Sakit Jiwa dan Narkoba “Dzikrussyifa’ Asma’ Brojomusti”, di Kampung Sekanor, Desa Sendangagung, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan ini.

Kepada wartawan posmonews.com, Pakar ilmu dunia spiritual & supranatural ini menjelaskan bahwa perjalanan pemerintahan Pak Yes, justru ke depan akan mulus dan sukses sehingga beliau lah yang diibaratkan sebagai tokoh Bupati Lamongan yang akan menyibak kabut Lokatantra berganti cahaya terang dan energi kejayaan.

“Pandulum saya beliau memerintah lancar dan sukses dengan catatan apabila sepanjang pemerintahannya, tetap kuat dalam pendirian, tidak mau didekte dan dibisiki oleh orang-orang sekitar kekuasaannya.

Selalu kuat iman-nya, tidak melakukan korupsi uang negara, selalu berjalan di jalan Allah, menjalankan tugas dengan baik dan tidak melanggar hukum.

Insya Allah ke depan Dr. Yuhronur Efendi, MM, M.BA bersama wakilnya KH. Abdul Rouf, M.Ag, akan selamat dan sukses dalam memimpin Lamongan ini seperti pendahulunya mempimpin selama 2 periode.

Jikapun dalam perjalanannya nanti apabila ada sandungan, ujian, fitnahan, dan cobaan, itu hal yang wajar dan biasa saja. Pak Yes, orang yang tanggung dan berpengalaman dalam dunia birokrasi, saya yakin pasti faham dan mempunyai pemikiran yang matang apa yang harus di lakukanya,” urainya saat ditemui awak media di Masjid Al-Amin, Jambon-Sekanor, Sendangagung.

Masih menurut Gus Zakky, dukungan dan tameng religi juga sangat menguatkan pemerintahan Pak Yes, karena wakilnya K.H. Abdul Rouf, M.Ag seorang Kyai yang menjadi panutan ummat, tentu mengetahui mana yang harus dilakukan dan tidak.

“Dalam kepemimpinanya ke depan, Pak Yes harus punya gaya dan eksen tersendiri dalam memimpin Lamongan ini, apalagi dengan kejadian di tangkapnya Bupati Nganjuk beberapa bulan yang lalu, agar bisa dijadikan pelajaran, sebab budaya jual beli jabatan selama ini di beberapa daerah dianggap hal biasa, jangan sampai ini terjadi di Lamongan bila Pak Yes Bro tidak ingin ditangkap KPK, walaupun kita menyadari ongkos politik waktu pesta demokrasi kemarin itu sangat tinggi”, lanjut Gus Zakky yang juga Ketua Umum JCW (Jatim Corruption Watch) Provinsi Jawa Timur ini.

Masih pesan Gus Zakky, dengan usia kabupaten Lamongan ke 452, diharapkan Pak Yes dan Kia Rouf agar sering terjun ke lapangan, untuk melihat langsung kekurangan dalam birokrasinya, sebab persoalan di Lamongan ini sangat banyak untuk secepatnya di atasi

Seiring dengan mengikuti perjalanan pemerintahan Pak Yes, setidaknya dalam momen HJL ke 452 ini, kita sebagai warga Lamongan juga harus mengetahui sejarah Lamongan, titik mula ditetapkannya, hari lahir Lamongan, yaitu pada tahun 1569 M.

Mengapa pada tahun itu? Gus Zakky pun memampangkan cerita sejarah, syahdan pada tahun 1568, pasca kematian Sultan Trenggono, negeri di Jawa timur banyak yang melepaskan diri dari Kasultanan Pajang, termasuk sebagian wilayah Jawa Tengah.

Pada tahun itu pula, Raja Kerajaan Pajang, Sultan Hadiwijaya dan para adipati Jatim dipertemukan di Giri Kedaton oleh Sunan Prapen. Dalam kesempatan itu, para adipati tetap sepakat mengakui kedaulatan Pajang di atas negeri-negeri Jatim. Sebagai tanda ikatan politik, Panji Wiryakrama dari Surabaya (pemimpin persekutuan adipati Jatim) dinikahkan dengan putri Hadiwijaya.

Negeri yang dinilai kuat lainnya, Madura juga berhasil ditundukkan Pajang. Pemimpinnya Raden Pratanu alias Panembahan Lemah Duwur juga diambil sebagai menantu Hadiwijaya.

Majelis ulama Walisongo, di kerajaan Demak memiliki peran penting, bahkan ikut menentukan arah kebijakan politik di Demak, karena merasa berkontribusi mendirikan kerajaan Demak.

Nah, tetapi sepeninggal Sultan Trenggana, posisi dan peran Walisongo juga ikut lemah. Apalagi, Sunan Kudus bahkan dituduh terlibat pembunuhan terhadap Sunan Prawoto raja baru pengganti Trenggana.

Akan tetapi, meski tidak lagi bersidang secara aktif, sedikit banyak para wali secara individual, masih ikut berperan dalam pengambilan kebijakan politik Pajang. Misalnya, Sunan Prapen, bertindak sebagai pelantik Hadiwijaya sebagai raja. Termasuk yang melantik Ranggahadi, Tumenggung Surajaya sebagai Adipati Lamongan.

Bahkan, Sunan Prapen juga mediator pertemuan Hadiwijaya dengan para adipati Jatim tahun 1568.

Sementara itu, Sunan Kalijaga juga pernah membantu Ki Ageng Pemanahan meminta haknya pada Hadiwijaya atas tanah Mataram sebagai hadiah sayembara membunuh Arya Penangsang.

Rentetan peristiwa itulah yang kemudian berimbas pada muncul ide cemerlang urgens peningkatan status Lamongan, dari Kranggan Lamongan (kampung) menjadi Kadipaten atau kabupetan dengan cakupan wilayah lebih luas.

Dengan demikian jelas bahwa perkembangan Lamongan sampai akhirnya menjadi wilayah kabupaten Lamongan, berlangsung pada jaman keislaman Kasultanan Pajang.

Perubahan status dari Kranggan Lamongan, sebutan untuk kampung Kranggan (Kampung Ronggo), menjadi lebih luas lagi, kabupaten atau kadipaten Lamongan, ternyata tidak dilakukan oleh Kasultanan Pajang tapi Kanjeng Sunan Giri IV, predikat lain, bergelar Sunan Prapen, yang sekaligus yang menobatkan Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama.

Dalam banyak literatur disebutkan saat itu, di Kasultanan Pajang sedang ada persoalan, Pasca kematian Sultan Trenggono.

Kegaduhan pun timbul dan membuat suasana pemerintahan agak terganggu, Kegaduhan ini sampai membuat jalannya roda pemerintahan di Kasultanan Pajang sedikit goyah. Apalagi, dengan munculnya ancaman dan ulah para pedagang asing dari Eropa, Portugis yang ingin menguasai Nusantara.

Karena itu, Kanjeng Sunan Giri merasa semakin prihatin sehingga ada semacam kebutuhan untuk meningkatkan status Lamongan, dari status Kranggan menjadi Kadipaten urgen untuk segera diselenggarakan, maka diangkat lah Ranggahadi, Tumenggung Surajaya secara resmi menjadi Adipati Lamongan.

Pelantikan dilakukan bertepatan dengan hari pasamuan agung yang diselenggarakan di Puri Kasunanan Giri di Gresik, yang dihadiri oleh para pembesar yang sudah beragama Islam dan para Sentana Agung. Pelaksanaan Pasamuan Agung tersebut bertepatan dengan peringatan Hari Besar Islam yaitu Idhul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.

Berdasarkan adat yang berlaku pada saat itu, penetapan wisuda Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama dilakukan dalam pasamuan agung Garebeg Besar pada tanggal 10 Dzulhijjah Tahun 976 Hijriyah.

Dalam perkembanganya Lamongan akhirnya menjadi wilayah pusat perdagangan dan ladang dakwa hingga sekarang ini.

Dari uraian di atas, Gus Zakky berharap kepada pemerintahan Pak Yes ke depan tetap memberi perhatian pada situs-situs makam Waliullah di Lamongan. Hal ini sebagai bentuk penghormatan pada leluhur dan sekaligus sebagai pengembangan potensi wisata religi.

” Hendaknya makam-makam para Waliyullah itu di anggarkan agar dibangun, ditata, dan dipersiapkan fasilitas yang bagus, baik lokasi makam, akses jakan, parkir, dll. Dengan harapan agar warga Lamongan khususnya generasi millenial ini bisa mengenal secara dekat pada Waliyullah yang bubak alas Lamongan, yaitu dengan menziarahi dan kirim do’a bersama,” tukas Gus Zakky yang kini menjabat sebagai Ketua Pusat BPAN RI (Badan Penyelamat Aset Negara).
**(DANAR SP)