MAQOM KASEDAN JATI (3-Habis)

97 dibaca

• Oleh : Danar S Pangeran (wartawan posmo Lamongan)

Sinergitas dan kolaborasi dengan banyak kalangan, termasuk pers dan media massa, dalam meningkatkan produksi pertanian dalam arti luas dan mempromosikan kesejahteraan rakyat Lamongan, dalam pengamatan Bupati Fadeli, adalah realitas obyektif yang mesti diperhatikan dan dijalankan.

“Kita tak mungkin jalan sendiri tanpa dukungan rakyat, termasuk kalangan media massa. Support pers luar biasa bagi kemajuan dan peningkatkan kesejahteraan rakyat Lamongan,” tutur H Fadeli, mengapresiasi sinergi insan pers yang mendukung kinerjanya nembangun Lamongan.

Kini, salah satu tokoh bupati Lamongan yang banyak mengukir prestasi ini telah berpulang. Selayaknya warga kota soto mengapresiasi kinerjanya menjadikan Lamongan makin maju dan tertata. Sehingga siapapun yang menggantikan kedudukannya, maka ibarat tinggal meneruskan program-program unggulannya.

Saat menjelang purna tugas, H.Fadeli yang berpamitan, mengundang insan pers di Guest House, Pemkab Lamongan, sehingga penulis mencoba mengulas filosofi Lengser Keprabon, Ngadeg Pandhita. Maknanya bahwa sang pemimpin telah mengakhiri jabatannya dengan husnul khatimah.

Penulis mencuplik pandangan Adul Muti,
Sekretaris PP Muhammadiyah,
Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta yang memaparkan bahwa husnul khatimah berarti akhir yang indah, bahagia, sukses, selamat, happy ending.

Di negeri ini penyebutan husnul khatimah biasanya diucapkan sebagai doa untuk seorang yang meninggal dunia. Ketika seseorang wafat, kaum muslim berdoa: “Semoga almarhum/almarhumah husnul khatimah, diterima seluruh amal salehnya dan mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT.”

Kata husnul khatimah ini jika penulis padankan dengan filosofi Jawa, maka identik dengan Kasedan Jati. Artinya mencapai kematian yang sempurna. Sedangkan jika dihubungkan dengan kepemimpinan maka bisa diartikan purna bhakti yang sempurna.

Dicuplik dari hakikat kepemimpinan dari pusat hingga daerah, seseorang tokoh pemimpin yang husnul khatimah bisa ditilik dari lima kriteria. Pertama, memimpin sampai akhir masa jabatan yang ditentukan. Pemimpin yang menemui ajal dengan sempurna. Ajal artinya “batas hidup yang ditentukan Tuhan, saat mati, janji akan mati” (KBBI, 2002: 17).

Pemimpin yang husnul khatimah tidak diturunkan “di tengah jalan”, melainkan merencanakan dengan sebaik-baiknya untuk lengser sebelum purnabakti.

Kedua, adalah turun dengan tenang dan damai. Jika itu dianalogkan dengan kematian, pemimpin husnul khatimah mengembuskan nafas terakhir dengan penuh keikhlasan. Pergantian dan transisi kepemimpinan berlangsung aman, tidak ada masalah di kemudian hari, saat ia lengser dari jabatannya. Dan ia juga bisa menyiapkan “penggantinya”untukmeneruskan kinerjanya dengan satu garis berkesinambingan untuk mencapai kejayaan.

Kriteria ketiga adalah beristirahat dengan tenang, rest in peace. Pemimpin yang husnul khatimah adalah mereka yang tetap memimpin walau tidak lagi menjabat. Mereka madeg pandita ratu sebagai figur inspiratif, guru yang tidak menggurui, menggerakkan dari balik layar, tut wuri handayani, dengan kekuatan karisma dan keteladanan. Pemimpin yang husnul khatimah meninggalkan gelanggang pemerintahan ketika daerahnya dalam keadaan kuat.

Kriteria keempat ini menunjukkan bahwa ia bukanlah sosok pengecut yang tinggal glanggang colong playu. Ia adalah pemimpin yang bertanggung jawab dengan amanah, meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk suksesi kepemimpinan dan pijakan kokoh untuk kemajuan daerahnya.

Ia turun di puncak kejayaan dirinya, daerah, dan wilayahnya tanpa berusaha memiliki, menikmati, apalagi menguasai ihwal yang telah diberikan untuk daerah itu demi kepentingan pribadi dan keluarganya.

Kelima, pemimpin yang husnul khatimah senantiasa dikenang dan dihormati karena jasa jasanya. Dalam bahasa Alquran, mereka menjadi buah bibir yang baik (lisan al-shidq) bagi dunia. Amalnya tidak terputus walau hayat telah menjemput. Namanya diabadikan dalam sejarah. Karya-karyanya atau prestasi yang dicapainya abadi, bak sebuah tulisan dan gagasannya terus menerus dikaji.

Pemimpin yang husnul khatimah adalah mereka yang selamat dalam memimpin dan menyelamatkan bangsa dan negara dengan kepemimpinannya. ***