Kisah Pilu Warsito, Eks Ajudan Presiden Soekarno

142 dibaca

• Kini Bertahan Hidup Berjualan Kopi

Berjualan kopi kini terpaksa dijalani oleh Warsito (85), seorang mantan pengawal pribadi istana yang dulu pernah menjadi orang kepercayaan Presiden Soekarno.

Pria paruh baya itu sempat viral di dunia maya lantaran kisah hidupnya yang membuat terenyuh.
Dalam sebuah wawancaranya di kanal Youtube Amy Abadi, kakek asal Ambarawa, Kabupaten Semarang. Jawa Tengah itu sempat menceritakan kisah pilunya. Ia tidak bisa mengambil jatah pensiun karena surat-suratnya hilang ditelan bencana banjir.

Tak sampai di situ, ia kini harus hidup mandiri tanpa meminta kepada orang lain, termasuk sang anak yang lama tak mengunjunginya. Ia setiap hari harus berkeliling menyusuri jalan Ibukota untuk sekadar mengisi perut. Begini kisah pilu Warsito?

Jadi Pengawal Soekarno

Warsito mulanya mengikuti jejak sang kakak, Suprayono untuk bekerja di istana. Saat itu ia banyak membantu aktivitas kepresidenan. Warsito muda juga sempat bertempat tinggal di kediaman Wakil Presiden Mohammad Hatta.

Tak lama berselang, Ia diangkat menjadi pengawal pribadi Presiden Soekarno berpangkat Polisi karena memiliki kemampuan serba bisa. Bahkan di waktu yang bersamaan, dirinya juga mengerjakan keperluan administrasi kantor hingga montir mobil.

“Waktu itu tahun 1954 sampai 1967 kemarin saya bekerja di istana lalu diangkat menjadi polisi ya. Saya bekerja dengan mengawal pribadi Pak Karno. Kalau kemana mana mengawal saya bagian penutup belakang ketika ada mobil nyerobot saya halangi,” terangnya.

Ia mengatakan jika untuk menambah biaya hidup waktu itu, dirinya sampai harus melakukan pekerjaan sampingan. Saat itu, ia pernah menjadi tukang parkir di lapangan Ikada (sekarang Monas).

Menurutnya, menjadi pengawal presiden saat itu diberi gaji kecil, hanya sebesar Rp. 300 perak. Sang pemilik video menanyakan kepada Warsito terkait nominal Rp. 350 perak. Jika dikonversikan di masa sekarang Rp. 350 perak sama dengan Rp. 300 ribu.

“Dulu saya itu pakai seragam kalau sekarang Brimob lah. Dulu juga saya sambil jaga parkir di Lapangan Ikada karena gaji saya itu kecil Rp. 350 perak,” tuturnya sembari mengingat masa tersebut.

Dalam kesempatan itu Warsito mencoba menunjukkan sisa bukti surat kelahiran sang anak bernama Guntur. Di surat itu tertulis biodata serta pangkat yang diampu pria ramah ini.

Dalam surat yang sudah lusuh itu tertulis nama Warsito, berpangkat Inspektur Satu Satgas Pomad (Polisi Militer Angkatan Darat), dan tertanggal 20 Februari 1966.
Sampai sekarang, ia pun tidak bisa mengurus masa pensiunnya karena surat bukti pengabdiannya hanyut terbawa banjir beberapa waktu lalu.

“Apa sekarang sudah tidak bisa diurus lagi pak masa pensiunnya?” ujar pemilik video, yang kemudian dijawab oleh Warsito “Sudah tidak bisa, surat-suratnya sudah hanyut terbawa banjir di Pademangan tempat tinggal saya,” katanya.

Hidup Mandiri

Di video berdurasi 21 menit tersebut, Warsito melanjutkan jika dirinya tak ingin membebani orang lain untuk kehidupannya, termasuk kepada sang anak. Ia lebih memilih mengandalkan sepeda tuanya untuk mengais sedikit rezekinya demi bertahan hidup.
Dalam kesempatan itu, ia juga sudah lama tidak dikunjungi oleh anak-anaknya yang tinggal terpisah.

“Anak anak saya yang tinggal di Bekasi tidak mau (ke rumahnya), dari Bogor juga tidak mau. Ya tidak ada yang ngasih. Tapi saya lebih memilih mencari sendiri lewat sini,” tuturnya.**(mdk/isa)