Arkeolog Ungkap “Kota Emas” Berusia 3.000 Tahun

144 dibaca

• Banyak Ditemukan Perhiasan dan Tembikar

Para arkeolog berhasil mengungkap temuan yang diyakini sebagai kota kuno terbesar di Mesir. Kota kuno itu bahkan disebut seorang ahli Mesir Kuno Zahi Hawass sebagai “kota emas yang hilang” yang terkubur di bawah pasir selama ribuan tahun.

Melansir The Guardian, Jumat (9/4/2021), sejumlah ahli berpendapat bahwa temuan tersebut adalah temuan terpenting sejak penggalian makam Tutankhamun.

Hawass mengatakan, “kota emas yang hilang” tersebut juga dinamakan sebagai Aten. Kota kuno itu ditemukan di dekat Luxor, wilayah dari Lembah Para Raja.
“Misi Mesir di bawah Zahi Hawass berhasil menemukan kota yang hilang di bawah pasir,” kata tim arkeolog yang mengungkap temuan tersebut.

“Kota ini berusia 3.000 tahun, berasal dari masa pemerintahan Amenhotep III, dan terus digunakan oleh Tutankhamun dan Ay,” sambung pernyataan itu.

Profesor seni dan arkeologi Mesir di Universitas Johns Hopkins, Betsy Bryan, mengatakan bahwa temuan tersebut merupakan temuan arkeologi terpenting kedua sejak makam Tutankhamun.

Di dalam kota kuno tersebut, para arkeolog juga menemukan banyak perhiasan, cincin, tembikar, jimat, dan batu bata lumpur bertuliskan Amenhotep III.

Sementara itu, Hawass mengatakan bahwa sebelum kota kuno itu ditemukan, banyak misi asing yang mencari kota tersebut. Namun, misi-misi itu tidak pernah berhasil.

Timnya memulai penggalian pada September 2020 di antara kuil Ramses III dan Amenhotep III dekat Luxor, sekitar 500 kilometer di selatan ibu kota Mesir, Kairo.

“Dalam beberapa pekan, tim sangat terkejut, formasi batu bata lumpur mulai muncul ke segala arah,” bunyi pernyataan tersebut.
Hawass menambahkan, kondisi formasi batu bata dan tembok yang berhasil digali masih dalam keadaan baik. Di beberapa ruangan terdapat peralatan kehidupan sehari-hari dari masa itu.

Setelah melakukan penggalian selama tujuh bulan, beberapa bangunan permukiman telah ditemukan, termasuk toko roti lengkap dengan oven dan penyimpanan tembikar.

Para arkeolog mengatakan, Amenhotep III mewarisi sebuah kerajaan yang membentang dari Efrat hingga Sudan. Amenhotep III meninggal sekitar 1354 sebelum Masehi (SM).

Dia memerintah selama hampir empat dekade. Pemerintahannya terkenal karena kemewahan dan kemegahan monumennya.

“Lapisan arkeologi tidak tersentuh selama ribuan tahun, ditinggalkan oleh penduduk kuno seolah-olah baru kemarin,” bunyi pernyataan dari tim arekolog.

Bryan mengatakan, kota itu akan gambaran yang langka tentang kehidupan orang Mesir Kuno pada saat kekaisaran berada pada pucuk kemakmuran.

Setelah kota kuno itu ditemukan, tim arkeolog optimistis bahwa temuan penting selanjutnya akan terungkap.

“Misi tersebut diharapkan dapat mengungkap makam yang belum tersentuh yang penuh dengan harta karun,” tambah pernyataan itu.

Pekan lalu, Mesir mengarak sejumlah mumi para raja melintasi Kairo dari Museum Mesir ke Museum Nasional Peradaban Mesir yang baru.

Prosesi tersebut dijuluki sebagai “Parade Emas Firaun”. Di antara 22 mumi yang diarak, ada Amenhotep III dan istrinya, Ratu Tiye.
**(kmp/ram)