Arkeolog Temukan Pewarna Ungu Zaman Nabi Daud

106 dibaca

Sejumlah arkeolog menemukan pewarna ungu yang disebut-sebut berasal dari masa pemerintahan Nabi Daud, sekitar 1.000 tahun sebelum masehi. Adapun benda berwarna ini diklaim dalam Alkitab telah diidentifikasi digunakan pada kain.

Dilansir dari BBC, (30/1/2021), pewarna ungu ini merupakan benda tekstil yang pertama kali ditemukan dari periode tersebut dan di wilayah Israel.

Menurut catatan arkeolog, fragmen itu ditemukan selama penggalian di sebuah situs di Timna, sekitar 220 km selatan Yerusalem. Temuan kain ini juga dikatakan lebih berharga daripada emas.

Pakar Otoritas Purbakala Israel, Dr Naama Sukenik mengatakan, benda itu termasuk penemuan yang sangat menarik dan penting.

“Di zaman kuno, pakaian ungu dikaitkan dengan bangsawan, dengan pendeta, dan tentu saja dengan kerajaan,” ujar Dr Sukenik.

“Warna ungu yang indah menjadi fakta bahwa warnanya tidak pudar, dan sulitnya dalam menghasilkan pewarna, yang ditemukan dalam jumlah kecil di tubuh moluska. Dari semua itu menjadikannya pewarna ini sebagai yang paling bernilai tinggi, yang seringkali harganya mahal, bahkan lebih mahal dari emas,” kata dia.

Raja Daud

Sementara itu, penanggalan karbon dari fragmen itu dikatakan berasal dari sekitar 1.000 SM, di mana saat itu Raja Daud dikatakan telah memerintah, kemudian diikuti oleh putranya, Raja Sulaiman.

Diketahui, warna ungu disebutkan dalam Alkitab Yahudi dan Kristen, termasuk dalam pakaian yang dikenakan oleh Raja Daud, Raja Sulaiman dan Yesus.

Bahan yang mengandung pewarna ungu ini ditemukan selama penggalian di situs yang dikenal sebagai Bukit Budak.
Bukit ini dipenuhi dengan tumpukan limbah industri, seperti terak dari tungku peleburan.

Salah satu tumpukan ini menghasilkan tiga potongan kain berwarna, yang segera menarik perhatian para arkeolog, termasuk warna ungu.

“Warnanya betul-betul menarik perhatian kami, tetapi kami sulit percaya bahwa kami telah menemukan warna ungu sejati dari periode kuno seperti itu,” ujar Prof Erez Ben-Yosef dari Departemen Arkeologi Universitas Tel Aviv.

Ia menambahkan, penemuan pewarna ungu ditemukan pada ekspedisi yang telah melakukan penggalian sejak 2013.

“Sebagai hasil dari iklim yang sangat kering di kawasan ini, kami juga dapat memulihkan bahan organik seperti tekstil, kabel, dan kulit dari Zaman Besi, dari zaman Daud dan Sulaiman, memberi kami pandangan unik tentang kehidupan di zaman Alkitab,” lanjut Prof Erez Ben-Yosef.

Sampai saat ini, warna tersebut ditemukan pada cangkang moluska dan pecahan tembikar, tetapi tidak pada kain yang diwarnai.

Penggalian Situs Kuno Timna

Dikutip dari Independent, (30/1/2021), para arkeolog memeriksa penggalian di situs Timna. Wilayah ini merupakan distrik produksi tembaga kuno di Israel selatan.

Saat tiba di Timna, mereka menemukan sisa-sisa kain tenun, rumbai, dan serat wol yang diwarnai dengan warna ungu yang mewah.

Menurut mereka, warna ungu ini dihasilkan menggunakan kelenjar siput laut yang telah disaring.

Asal Usul Warna Ungu

Dalam penelitian ang diterbitkan dalam jurnal PLOS One, ungu sejati (argaman) dihasilkan dari kelenjar yang terletak di dekat rektum tiga spesies moluska yang berasal dari Laut Mediterania, melalui proses distilasi kompleks yang berlangsung selama beberapa hari.

Dr Sukenik mengungkapkan, pihaknya hanya menemukan limbah cangkang moluska dan pecahan tembikar dengan bercak pewarna yang membuktikan industri pewarna ungu di Zaman Besi.

“Saat ini, untuk pertama kalinya, kami memiliki bukti langsung dari kain yang diwarnai itu sendiri, yang diawetkan selama sekitar 3.000 tahun,” ujar Dr. Sukeni.

Penggunaan warna ungu itu diterapkan pada kain di Levant Selatan selama Zaman Besi dirujuk dalam banyak teks Kristen dan Yahudi, termasuk dalam kaitannya dengan Kuil Sulaiman.

Namun, para ilmuwan sebelumnya tidak pernah menemukan bukti langsung dari industri terdahulu.
Mereka hanya menemukan sisa-sisa cangkang moluska dan jejak warna ungu pada pecahan tembikar. Saat ini, para arkeolog tengah mencari istana Raja Daud.
(kmp/psm)