Prediksi Pilbup Lamongan, Head to Head Koalisi Besar versus Independen (3-Habis)

391 dibaca

Tanpa meminorkan kekuatan padangan Cabup-cawabup dari jalur independen, dalam sejarah perhelatan Pilkada (Pilbup) di Lamongan beberapa paslon dari jalur perorangan ini selalu dipandang sebelah mata.

Pengalaman Pilkada 2015 yang diikuti tiga pasangan calon bupati dan wakil bupati, yakni paslon dari jalur perorangan Mujianto-Sueb (Jos), dan paslon Nursalim-Edy Wijaya (Sae) tidak berdaya melawan H. Fadeli-Kartika Hidayati yang meraup suara 71%. Jos hanya mendapatkan suara 2%, sedangkan paslon Sae mendapatkan suara 26% dari jumlah pemilih Pilkada Lamongan sebanyak 1.082.261 orang.

Tahun 2020 ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) Lamongan memastikan, hanya satu pasangan calon (paslon) saja yang bakal ikut dalam agenda Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Lamongan 2020 dari jalur independen atau perseorangan. Hal tersebut dipastikan setelah sampai batas waktu penyerahan berkas paslon yang ditentukan berakhir.

Sesuai ketentuan, batas waktu penyerahan menurut ketua KPU Lamongan Mahrus Ali, hanya satu paslon saja yang sudah mendaftar dan dinyatakan resmi yakni pasangan Suhandoyo-Suudin. Pasangan perseorangan di Pilkada Lamongan 2020 harus mengantongi dukungan sebesar 6,5 persen dari daftar pemilih tetap (DPT) yang tercatat sebanyak 1.056.5050. Paslon independen ini juga mendapat energi baru setelah mendapat rekom dan dukungan dari Partai NasDem.

Menghitung kekuatan Handoyo-Suudi ini, wartawan posmonews.com mencoba untuk mendapatkan data real pendukung paslon independen ini. Sumber orang dekat Handoyo mengatakan akan lebih senang jika pihaknya harus head to head. Karena yang menentukan bukanlah partai tetapi pemilih (masyarakat) terhadap tokoh yang layak menjadi pemimpin tertinggi di Lamongan ini.

Menimbang jargon paslon ini, nama Suhandoyo bukan tokoh asing bagi masyarakat Lamongan. Mantan politisi PDI Perjuangan ini sudah dikenal memiliki pedukung fanatik. Beberapa kali mengikuti Pilakada di Lamongan dengan membawa bendera partai pimpinan Megawati Soekarno Putri.

Tahun 2015 lalu, ia sudah tidak mendapat rekom dari PDI-P. Namun pendukung militannya masih kuat di kalangan intern partai tersebut, bukan mewakili partai tetapi ikatan dan atas nama pribadi.

Simpatisan Suhandoyo bisa dilihat suara Pileg tempo lalu dimana ia mencalonkan diri sebagai calon DPD RI. Meski gagal namun suara pendukung internalnya tetap kompak.

Menurutnya, dengan melihat hasil survei yang sangat tinggi dan signifikan, paslon independen bisa saja akan mengukir sejarah dalam perhelatan Pilkada di tanah air. Di kalangan grassroot nama Suhandoyo selalu dikaitkan dengan proyek-proyek pembangunan yang dibawanya lewat kepala desa.

Program gapura, normalisasi waduk, telaga (pembegoan), dll menjadi isu yang menarik di rakyat pedesaan. Beberapa kepala desa yang loyal pada Suhandoyo dimungkinkan akan mendukungnya dengan mengkondisikan warga lewat perangkat bawahannya.

Wartawan posmonews.com mencoba menjajagi suara pendukung paslon independen ini di wilayah Kecamatan Sukodadi bagian selatan misalnya. Peran kades yang fanatik pendukung Suhandoyo menjadi mesin pendulang suara.

Di kalangan warga desa yang mendukung paslon KOMPAK ini selalu menyebut akan diberi bangunan gapura yang saat berdiri harus dicat dengan warna khusus itu. (DANAR)