Daun Kelengkeng Berubah Jadi Uang

562 dibaca

Karomah KH. Abdul Hamid bin Umar, Waliullah dari Pasuruan, Jatim (2-Habis)

Selain punya karomah bisa muncul di tempat berbeda-beda dalam waktu bersamaan? KH. Abdul Hamid bin Umar (Mbah Hamid) juga suka membantu para santrinya yang dibelit masalah. Benarkah beliau mampu mengubah daun menjadi uang?

KAROMAH Mbah Hamid lainnya,
ketika salah seorang santrinya harus melunasi utang kepada panitia pembangunan masjid yang sudah jatuh tempo. Besarnya Rp. 300.000, tentu nilai itu cukup besar untuk ukuran waktu tahun 70-an.

Saat itu santrinya merasa kebingungan dari mana uang sebanyak itu untuk melunasi pembangunan masjid? Padahal, dia harus segera melunasi hutang tersebut. Santri itu hanya bisa menangis, malu kalau sampai Mbah Hamid ditagih.

Tanpa diketahui tiba-tiba Mbah Hamid menyuruh sang santri
menggoyang-goyang pohon kelengkeng di halaman depan rumah Mbah Hamid. Setelah daun terkumpul….Mbah Hamid bilang;“Kumpulkan daun-daun yang gugur itu dan bawa kemari,” pinta Mbah Hamid pada santrinya.

Setelah menerima daun-daun kelengkeng itu, kemudian Mbah Hamid memasukkannya ke dalam saku bajunya. Ketika ditarik keluar, di tangannya tergenggam uang kertas. Kemudian Mbah Hamid menyuruh santrinya melakukan hal sama tapi pada pohon kelengkeng lainnya.

Dengan cara yang sama pula, daun kelengkeng itu dimasukkan ke kantong bajunya. Setelah dilihat daun itu berubah menjadi uang kertas. Setelah dihitung, jumlahnya Rp. 225.000. Masih kurang Rp. 75.000. Tiba-tiba datang seorang tamu menyerahkan uang tunai Rp. 75.000 kepada Mbah Hamid, lalu uang itu diserahkan ke santrinya.

Membaca Keinginan Umat

Lain lagi yang dialami santri lainnya. Dia justru seolah ingin menguji kewalian Mbah Hamid yang telah kesohor itu. Santrinya betul-betul ingin tahu, apakah sang kiai tahu bahwa dia ingin diberi makan oleh Mbah Hamid.

Ketika sampai di pesantren milik sang kiai, kebetulan saat salat lsya’ sudah masuk. Dia pun ikut salat berjamaah. Usai salat, dia tidak langsung pulang, melainkan menunggu sampai jamaah pulang semua. Kemudian lampu teras rumah Mbah Hamid pun sudah dimatikan, pertanda pemilik rumah siap-siap beristirahat.

Lalu santri itu pun melangkahkan kaki meninggalkan masjid. Ternyata dari rumah Mbah Hamid ada yang melambaikan tangan kepadanya. Dengan langkah ragu, santri itu pun mendekatinya. Ternyata tuan rumah sendiri (Mbah Hamid) yang memanggilnya.

“Makan di sini ya,” panggil Mbah Hamid sambil tersenyum. Dia pun diajak masuk ke ruang tengah. Di sana hidangan makanan sudah tersaji.

“Maaf, lauknya seadanya,” kata Mbah Hamid santai. “Sampeyan tidak bilang-bilang, sih…kalau mau silaturrahim ke sini,” Sejak itu sang santri percaya, bahwa Mbah Hamid adalah sosok bukan orang sembarangan. Beliau merupakan waliullah, karena beliau mengetahui isi hatinya.

Demikian sekelumit tulisan tentang kisah karomah Mbah Hamid–sosok waliullah. Kisah ini agar bisa menjadi tauladan dan pelajaran berharga bagi kita semua. Sehingga kita tidak mudah meremehkan hamba Allah SWT. siapapun orangnya harus kita hormati dan kita hargai. Siapa tahu orang yang kita temui itu adalah sosok waliullah….Subhanallah.
(zubairi indro)