Oleh: A. Bajuri Salim
(Dirut BAKKAH Travel & Umrah)
TAKBIRAN atau takbir Idul Fitri segera terdengar lagi. Terbayang saat kecil kita, saat berada di kampung halaman, merayakan hari bahagia itu dgn suka cita dan gembira.
Bukan hanya itu, ketika kita mendengarkan suara dan nada takbir tersebut, tiba-tiba hati kita menjadi sedih, mellow, seakan wajah orang tua kita berada di pelupuk mata.
Terlebih kita berada di sebuah tempat yg jauh, berada di perantauan, tak ada saudara dan handai taulan. Rasanya pasti berbeda. Tergerak hati ini untuk mudik ke kampung halaman.
Saya menceritakan hal spt ini kpd teman-teman, ternyata mereka juga merasakan hal yg sama. Bahkan mereka mengaku hatinya teriris-iris bila mendengarkan suara takbir lebaran saat jauh dari orang tua.
“ORA MUDIK” adalah lagu yg memotret fenomena kesedihan sebagian orang yang terasa berat bila tidak mudik. Tapi sekaligus memotivasi bahwa doa agar tetap sehat adalah lebih penting dalam situasi saat ini daripada mudik ke kampung halaman tapi membawa penyakit.
Di sisi lain, ada yg menarik dari takbiran ini. Kalimat “ALLAHU AKBAR” ternyata mempunyai kedahsyatan yg luar biasa. Berbeda tempat dan nada, berbeda pula rasa dalam hati.
Cobalah bedakan, Nada takbir Allahu Akbar saat adzan, saat sholat, saat tawaf, saat berjuang, saat menyemangati, berbeda pula saat idul adha dan idul fitri.
Satu hal yg penting lagi, kita tidak boleh mengartikan kalimat Allahu Akbar dgn terjemahan “ALLAH PALING BESAR”, karena ini berarti telah membandingkan Allah dg yg lain. Atau ada Allah-Allah yg kecil, lalu Allah ini yg terbesar.
Arti yang benar Allahu Akbar adalah ALLAH MAHA BESAR. Titik. Bukan Allah yg paling besar atau Allah yg terbesar. Ini penting kita pahami karena Allah tidak bisa dibandingkan dgn apapun. Wallahu a’lam
#viralindonesia