Pegiat: Berkebun Di Ruang Terbatas di Rumah Selama COVID-19

188 dibaca

PEGIAT Indonesia Berkebun Winartania mendorong masyarakat untuk memanfaatkan ruang terbatas di rumah untuk berkebun atau menanam tanaman termasuk sayuran untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga selama pandemi COVID-19.
“Bisa mencoba menanam di rumah dengan tanaman simpel, mudah tapi bisa menghasilkan dan mencukupi kebutuhan pangan di rumah,” kata Winartania dalam konferensi video yang bertema Urban Farming Saat Pandemi COVID-19 yang diadakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Kantor Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta, Senin (4/5).
Waktu selama berdiam di rumah karena pandemi COVID-19 dapat dimanfaatkan untuk tetap produktif misalnya dengan berkebun untuk menanam tanaman yang disukai dan bisa dikonsumsi.
“Kita menyarankan tanaman sayuran yang kita suka, banyak dikonsumsi warga di sekitar,” tutur Winartania.
Menurut dia, warga bisa menanam tanaman yang bisa menghasilkan untuk kebutuhan dapur termasuk sayuran yang banyak digemari seperti kangkung, bayam, pepaya Jepang, cabe, tomat dan tanaman herbal seperti basil dan kemangi.
Bahkan jika sudah mencukupi kebutuhan dapur, kelebihan dari panen sayuran itu bisa dijual misalnya ke tetangga sekitar.
Jika ruang terbatas di rumah, warga tetap dapat berkebun dengan membuat pertanian vertikal dengan instalasi hidroponik dengan sistem tetes, dan berkebun di atap.
“Kita bisa menanam ke atas vertikal, tidak perlu lahan yang luas tapi bisa menanam ke atas, bisa di tanam di dinding,” tuturnya.
Ketika menanam tanaman di rumah, harus dipastikan posisi letak tanaman agar mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk proses tumbuh kembang tanaman.
Sayuran butuh sekitar enam jam paparan sinar matahari.
“Yang baru belajar bekebun bisa menanam dari tanaman yang mudah dulu, pokoknya jangan takut gagal dulu dari awal,” tuturnya.
Saat berkebun, juga harus dipastikan media tanam bernutrisi bagi pertumbuhan tanaman. Tanaman termasuk sayuran butuh unsur hara. Tanah yang mejadi media tanam bisa dicampur dengan pupuk kandang, kompos dan sekam bakar untuk membuat tanah bernutrisi.
Warga bisa memanfaatkan sampah organik rumah tangga untuk membuat kompos misalnya dengan memanfaatkan lubang biopori atau tong komposter.
“Kalau media tanah tidak bernutrisi tanaman tidak bisa tumbuh maksimal,” ujarnya.
Indonesia Berkebun adalah salah satu komunitas yang menaungi jejaring di seluruh Indonesia untuk gerakan berkebun. Komunitas ini memiliki jejaring di 48 kota dan kampus di Tanah Air.(Tim Komunikasi Publik GT Nasional)