Menilik Jatidiri Piantun Jawi (2)

681 dibaca

Setiap bangsa atau suku bangsa, tentu memiliki jati diri. Memiliki identitas yang jelas. Kepribadian yang khas. Secara kasat mata, identitas itu dapat dilihat dari busananya. Begitu pula orang Jawa. Bagi orang Jawa, busana bukan hanya sekedar pakaian. Namun mengandung filosofi hidup yang adi luhung.

Dari sekujur tubuh, busana orang Jawa mengandung makna dan filosofi. Piantun Jawi (pria Jawa), bagian kepala memakai penutup yang disebut blangkon. Bajunya disebut surjan. Bagian bawahan mengenakan jarit. Dan terompahnya memakai sandal slop. Tak ketingglan, di punggung terselip sebuah keris pusaka.

Pada artikel terdahulu telah diulas mengenai blangkon. Lanjutanya ini mengulas bab baju surjan. Surjan  maknanya adalah busana atas resmi adat Jawa untuk pria. Penggunaan surjan terbatas untuk wilayah Yogyakarta. Bahan dasar surjan terutama adalah lurik. Namun ada pula bermotif kembang-kembang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Surjan” berarti baju jas laki-laki khas Jawa berkerah tegak; berlengan panjang, terbuat dari bahan lurik atau cita berkembang.

Meski yang banyak diketahui masyarakat luas hanya satu jenis surjan saja, yaitu surjan lurik; sebenarnya surjan memiliki beberapa jenis lain. Diantaranya adalah:

  1. Disebut surjan lurik karena surjan ini memiliki motif lurik (garis-garis). Biasa dipakai seragam bagi apparat kerajaan hingga prajurit dan rakyat.
  2. Surjan ini memiliki motif bunga (kusuma: bunga). Diperuntukkan bagi para bangsawan, biasanya surjan ontrokusuma terbuat dari kain sutera bermotif bunga sebagai hiasan.
  3. Surjan Teluh Watu (Surjan Tenun).
  4. Surjan Ksatrian sebagai pakaian kebesaran pangeran.
  5. Pranakan, dan 6. surjan Janggan

Lurik

Surjan Lurik adalah kain dengan motif bergaris-garis kecil yang secara tradisional menjadi pakaian khas warga pria pedesaan di kalangan suku bangsa Jawa. Lurik berbahan dasar katun kasar. Dijadikan bahan baju yang relatif murah dan terjangkau untuk masyarakat miskin. Lurik adalah bahan dasar untuk pembuatan surjan.

Dalam perkembangan modern, lurik sekarang mendapat sentuhan warna-warna baru sehingga dapat pula dipakai sebagai bahan kemeja atau sebagai komponen estetika pada rompi atau jas.

Surjan awalnya diciptakan oleh Sunan Kalijaga sebagai baju takwa, yang selanjutnya dijadikan sebagai pakaian resmi Kesultanan Mataram. Karena Surjan diciptakan oleh Sunan Kalijaga sebagai baju takwa, maka terkandung makna filosofi di dalamnya.

Sunan Kalijaga didalam menciptakan baju surjan, mengambil dasar QS Al-A’raf 26: ’’Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa (dimaksud agar selalu bertakwa kepada Allah SWT) itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.”

Oleh Sunan Kalijaga pengertian ayat diatas dijadikan model pakaian rohani (takwa) agar si pemakai selalu ingat kepada Allah SWT, kemudian oleh raja-raja Mataram pakaian takwa ini dipakai hingga sekarang ini.

Filosofi

Surjan menurut KRT Jatiningrat Tepas Dwarapura Keraton Yogyakarta berasal dari istilah siro + jan yang berarti pelita atau yang memberi terang. Surjan juga disebut pakaian “takwa”. Oleh karena itu di dalam pakaian itu terkandung makna-makna filosofi yang cukup dalam, di antaranya bagian leher baju surjan memiliki kancing 3 pasang (6 biji kancing) yang kesemuanya itu menggambarkan rukun iman.

Rukun iman tersebut adalah iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada utusan Allah, iman kepada hari kiamat, iman kepada takdir. Selain itu surjan juga memiliki dua buah kancing di bagian dada sebelah kiri dan kanan. Hal itu adalah simbol dua kalimat syahadat yang berbunyi, Ashaduallaillahaillalah dan Wa Ashaduanna Muhammada Rasulullah .

Ada pula tiga buah kancing di dalam (bagian dada dekat perut) yang letaknya tertutup (tidak kelihatan) dari luar yang menggambarkan tiga macam nafsu manusia yang harus diredam/dikendalikan/ditutup. Nafsu-nafsu tersebut adalah nafsu Aluamah, Amarah, dan Supiyah. Terdapat 5 kancing pada bagian lengan panjang kiri dan kanan. Angka 5 lazim berkaitan dengan rukun Islam (syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji) dan juga lima priyagung dalam Islam (Nabi Muhammad, kanjeng Sayidina Ngali, Gusti Sri Ayu Patimah, Gusti Bagus Kasan, dan Gusti Bagus Kusen).
Pada awalnya, baju surjan berwarna coklat dan bergaris-garis lurus. Garis-garis itu menggambarkan rel. Makna filosofinya, segala sesuatu sudah digariskan. Maka harus berjalan  sesuai garisnya. Bila terjadi pembelekon, maka harus kembali pada relnya. Dengan begitu tidak menyimpang dari ketentuan Tuhan. (bersambung).

Cak Yon N.