MENGGALI SEJARAH KOTA PURWOKERTO

399 dibaca

Jika kita gali sejarah asal mula kota Purwokerto, maka tidak luput kita juga membahas tentang Banyumas. Bagaimanakah sebenarnya sejarah Kota Purwokerto? Berikut penelusuran Adji W posmonews.com.

 MENURUT cerita yang ada terutama pada Banyumas Wisata dan Budaya yang ditulis oleh M. Khoderi bahwa pada saat terjadinya pemberontakan Cina yang disebut dengan Geger Pacinan, tidak sedikit pembesar Keraton Kartasura yang lari meninggalkan keraton dan sebagian ada yang lari ke arah Timur tidak terkecuali dengan Sunan Pakubuwono II yang juga memilih untuk meninggalkan keraton dan menuju ke arah Timur. Konon sesampainya di suatu tempat yaitu di sebuah desa Sunan Pakubowono II karena lelah maka memilih untuk beristirahat dan ketika itu beliau berada di bawah pohon buah mangga yang kebetulan sedang berbuah dan Sunan Pakubuwono II pun duduk di bawah pohon sambil menikmati lezatnya buah mangga.

Sambil menikmati istirahatnya Sunan Pakubuwono II berkata kepada para pengikutnya “Saksikanlah, suatu ketika tempat ini dinamakan Pelem Wulung,”ujarnya Pelem artinya mangga dan Wulung berarti jenis buah mangga dan hingga kini tempat tersebut dikenal dengan nama Premulung yang berasal dari kata Pelem Wulung.

Nah, selain ada yang lari ke Areah Timur ada pula yang lari dari keraton menuju ke arah Barat. Mereka tentunya mencari keselamatan masing-masing disamping untuk mencarai tempat yang aman mereka cari selamat. Mereka pun yang memilih untuk ke arah Barat ada yang sampai di wilayah banyumas saat itu sekitar dua puluh lima orang pada satu rombongan dan sesampainya di wilayah Banyumas saat itu masih banyak hutan . Merekapun merasa aman di daerah ini hingga mereka membabat hutan untuk dijadikan tempat tinggal selain itu ada pula yang dibuka untuk dibuat ladang dan perkebunan.

Secara gotong royong mereka membuat rumah untuk tempat tinggal hingga berjalannya waktu tempat yang tadinya hutan belantara dan banyak dihuni binatang liar juga makhluk halus berubah menjadi tempat yang asri menjadi suatu desa yang aman dan nyaman hingga tampaklah kemakmuran di wilayah ini. Para pendatang ini pun memiliki berbagai keahlian bukan hanya ahli dalam bertani namun lebih dari itu ada yang memiliki keahlian dalam bidang pertukangan, perdaganganbahkan ada yang piawai dalam bidang ilmu kekebalan juga ilmu gaib.

Tidak sedikit yang memiliki ilmu kekebalan, diantara mereka ada yang bernama Kiai Kartisara yang memiliki ilmu kekebalan tinggi disamping itu Kiai Kartisara ini sangat disegani dan dihormati oleh karena itu Kiai Kartisara dijadikan sesepuh di wilayah itu, selanjutnya lama kelamaan wilayah pinggiran kaki Gunung Slamet bagian Selatan yang tadinya merupakan tempat hutan belantara menjadi sebuah desa yang aman dan tenteram.

Akan tetapi desa yang aman dan tenteram tersebut saat itu belum memiliki nama. Pada waktu itu Kiai Kartisara mengusulkan agar desa tersebut diberi nama Purwakerta yang berasal dari katra Purwa yang artinya awal mula dan Kerta yang memiliki arti aman dan damai sehingga jika digabungkan menjadi Purwakerta, memiliki arti awal mula yang damai. Selanjuitnya nama  yang diusulkan oleh Kiai Kartisara pun disepakati dan disetujui oleh warga dan selanjutnya tempat tersebut memiliki nama Purwakerta.

Waktu pun berjalan Purwakerta menjadi tempat yang ramai, rumah-rumah bertambah dan banyak pula ladang juga sawah, banyak oranbg-orang dari kampung lain yang singgah dan merasa betah akhirnya memilih pindah untuk bertempat tinggal di Purwakerta. Tidak dapat dipungkiri tempat tersebut menjadi ramai dan indah.

Kembali kepada Kiai Kertasara yang mempunyai putera bernama Kendang Gumulung, saat itu mewarisi bakat dari ayahnya yaitu Kiai Kertisara. Oleh karenanya ketika Kiai Kertisara meninggal selanjutnya Kendang Gumulung menggantikan kedudukan ayahnya dan dirinya pun memiliki kesaktian yang sebanding dengan ayahnya ketika masih hidup. Namun Kendang Gumulung memilih untuk berpindah tempat , karena ilmu kekebalanya menjadikan Kendang Gumulung terkenal kesaktiannya hingga tidak sedikit orang yang berguru kepada Kendang Gumulung, semantara itu orang-orang yang ingin berguru kepada Kendang Gumulung menyebutnya Peguron yang artinya berguru.

Dari kata Peguron lama kelamaan menjadi Peguwon dan selanjutnya tempat ini pun dikenal dengan Peguwon dan ditempat inilah sang Kendang Gumulung berada hingga meninggalnya dan dimakamkan di Desa Peguwon dan dikenal dengan nama Makam Kiai Kendang Gemulung. Itulah awal mula kota Purwokerto yang oleh orang Banyumas terkadang disebut dalamn dialek Banyumas Puraketa atau Purwakerta.

Hingga kini Kota Purwokerto menjadi lebih maju dan ramai bahkan banyak oramng dari luar daerah yang sengaja datang juga singgah bahkan ada yang memutuskan untuk bermukim dan bertempat tinggal di Kota yang berada di kaki Gunung Slamet. Kota Purwokerto sebagai pusat keramaian dan pusat perdagangan di wilayah Banyumas raya sehingga menjadikan kota Purwokerto sekarang lebih semarak dan ramai. Akses kota Purwokerto tampak lebih mudah dan kota Purwokerto saat itu kelihatan akan maju dan inilah yang menjadi salah satu alasan dipindahnya Kabupaten Banyumas ke Purwokerto.***