Hentikan Ritual, Nyawa Jadi Tumbal

216 dibaca

Di wilayah Kecamatan Trucuk, Klaten, Jawa Tengah, terdapat sebuah wilayah kampung yang bernama Dukuh Hanila, Desa Sajen. Desa itu terkenal akan industri kayu mebel. Selain mebel juga terkenal dengan lokasi sebuah makam, yaitu makam Kiai Brojo Anila. Dialah tokoh terkenal dari Keraton Mataram pada zaman Raja Amangkurat I. Kiai Brojo Anila berpangkat setingkat Tumenggung dan dikenal sangat sakti serta pandai berfilsafat.Berikut tulisan Zuly K posmonews.com

 DI dekat makam juga terdapat sebuah batu unik berbentuk Jaran Toleh (kuda dengan kepala menoleh). Batu itu juga dinamakan Megantoro. Hal ini dikarenakan ada sebuah keyakinan bahwa batu tersebut jatuh dari langit. Hingga saat ini di lokasi makam masih ramai dikunjungi orang untuk berziarah. Khususnya hari Jumat di minggu kedua dalam bulan Suro.

Pada waktu itu biasanya diadakan ritual pementasan wayang kulit di pendapa makam. Ritual pentas wayang kulit digelar karena cerita mitos yang sangat dipercaya oleh warga sekitar berkaitan dengan keberadaan makam tersebut. Sudah puluhan dalang kondang asal luar Desa Sajen yang bertandang atau memainkan pentas wayang kulit di sana. Mereka diundang oleh warga desa setiap tahunnya untuk melakukan pementasan wayang kulit dalam acara bersih desa.“Untuk ritual pentas wayang kulit itu, warga desa sini selalu patuh melestarikan dan menjaganya,” kata Sastro Diharjo (70), penjaga makam yang telah bertugas sejak tahun 1987 silam.

 Pageblug

Kepatuhan warga desa ini memang cukup beralasan mengingat dulu pernah ada kejadian aneh yang menimpa warga desa. Kejadian tersebut lebih tepat dianggap musibah itu terjadi karena warga menghentikan melakukan ritual pentas wayang kulit tahunan itu. Sejak masa juru kunci pertama makam sebenarnya sudah dilakukan ritual pentas wayang kulit tersebut.

Ikhwal awal mulanya digelar pementasan wayang di lokasi makam diawali sejak seorang pengunjung yang berprofesi dalang merasa kabul doanya di makam itu. Lalu mengadakan syukuran berupa acara pentas seni wayang kulit di makam. Dan tahun-tahun selanjutnya selalu berlanjut meskipun dengan dalang yang berlainan. Namun entah mengapa, sejak tahun 1990-an lalu ritual tersebut sempat dihentikan selama tiga tahun berturut-turut. Menginjak tahun ketiga setelah absen mengadakan ritual wayang kulit itu, tiba-tiba saja ada Pagebluk (bencana) yang berwujud kematian mendadak. Tak tanggung-tanggung, selama 20 hari berturut-turut sudah 45 orang warga desa meninggal dunia secara mendadak.

Berdasarkan keterangan warga, paling tidak berdasar keterangan dokter, empat orang meninggal dunia secara mendadak dikarenakan penyakit jantung, dan stroke. Namun lainnya tidak pernah diketahui dengan pasti apa penyakitnya. Mereka tahu-tahu meninggal di tempatnya masing-masing. Bahkan ada yang sedang di jalan desa tiba-tiba mengeluh dan dalam sekejab sudah terkapar jatuh meninggal dunia.“Semula seluruh warga desa, bahkan desa tetangga juga bingung dengan musibah aneh itu,” kenang suami dari Suparmi ini.

Tentu saja musibah itu adalah rekor tragis yang pernah dialami sebuah desa. Di hari ke-21 setelah warga terakhir yang meninggal, pagi-pagi sekali warga berembug dan mengadakan rapat mendadak. Tiba-tiba saja sang Juru Kunci makam teringat akan ritual wayang kulit yang sudah selama tiga tahun tidak dilakukan warga desa itu lagi. Akhirnya ia berkata bahwa mulai besoknya ia akan mengadakan acara ritual wayang kulit seperti yang telah menjadi tradisi turun-temurun sebelumnya.“Anehnya, begitu rencana itu baru saja saya omongkan di depan warga lain, tiba-tiba saja dua orang warga yang pagi itu kabarnya jatuh sakit dan sekarat tiba-tiba saja bangun dan segar bugar, malah menyusul ikut rapat,” ceritanya serius.

Dan setelah besoknya, warga desa mengundang seorang dalang dari luar desa untuk pentas wayang kulit. Maka sejak saat itulah semua musibah penyakit misterius yang merenggut nyawa puluhan warga desa terhenti dengan sendirinya. Mulai saat itulah sang juru kunci makam dan seluruh warga desa percaya bahwa musibah pageblug itu terjadi karena mereka telah lupa dalam menjalankan tradisi yang ada.

Ada misteri lain saat musibah atau pageblug itu dulu melanda desa. Saat itu ada seorang wanita tua warga desa yang setiap harinya bermimpi sama. Ia bermimpi melihat seorang wanita yang menggendong tenggok atau tenong (keranjang dari bambu). Yang mengerikan isi dari tenggok itu adalah sebuah kepala manusia yang bercucuran darah.“Mimpi itu dialami terus selama 20 hari berturut-turut, dan setelah pentas wayang kulit itu lagi, ia sudah tak mengalami kejadian mimpi buruk itu lagi,” lanjut bapak beranak lima ini.

Menurut lelaki yang menjadi penerus juru kunci sebelumnya, yaitu bapak Somaijaya ini, para peziarah makam banyak yang meminta doa pengkabulan yang berhubungan dengan rezeki. Entah apa pun profesinya, intinya mereka memintakan doa agar rezekinya selama hidup diberi kemudahan selalu. Dan nyatanya banyak yang merasa kabul. Hingga sering mengadakan syukuran di pendapa makam.

Pengunjung yang mengadakan syukuran akan membawa masakan berupa ayam jago yang dipadu dengan nasi tumpeng gurih. Untuk makamnya sendiri seringkali menunjukkan aura mistisnya berupa perwujudan wanita cantik. Konon wanita cantik itu adalah jelmaan gaib dari makam istri atau putri Kiai Brojo Anila yang dimakamkan dalam ruangan yang sama.

Pantangan Selingkuh

Ada pantangan khusus bagi pasangan suami istri yang melakukan ziarah atau lelaku ritual di makam ini. Yaitu apapun masalah hidup yang dihadapi pasangan itu, jangan sekali-kali mereka atau salah satu pasangan melakukan perselingkuhan. Cerita yang beredar adalah dulu banyak pasangan yang setelah dari berziarah salah satu pasangan atau keduanya berselingkuh. Dan kabarnya orang yang melakukan perselingkuhan itu langsung meninggal tanpa sebab. Dan saat meninggal orang tersebut kepalanya menoleh sama halnya dengan posisi kuda yang tengah menoleh.

Terkait dengan kejadian ini ada kepercayaan bahwa arwah putri dari Kyai Brojo Anila sangat tidak suka dengan pasangan yang menyeleweng atau berselingkuh. Jadi ia mengutuk siapa saja yang telah datang ke makamnya terutama pasangan suami istri dengan tuah mautnya, segera setelah pasangan itu melakukan tindakan selingkuh selepas dari acara di makam. Dan itulah yang membuat makam ini sekarang jarang dikunjungi oleh pasangan suami istri yang datang berbarengan. Mereka takut jika sewaktu-waktu berselingkuh akan mendapat tuah maut yaitu meninggal dunia.

Di samping makam terdapat batu yang juga dikeramatkan. Namanya batu Megantoro. Menurut cerita legenda, pada suatu malam ketika Kyai Braja Anila bersemedi, tiba-tiba ia dan isterinya melihat benda yang jatuh dari langit (megantoro) yang berujud batu seperti kuda berpaling (Jaran Toleh). Nah banyak kalangan yang menaksir bahwa batu itu adalah batu meteorid (batu angkasa luar) yang jatuh dari angkasa menimpa permukaan bumi.

Dari wujudnya batu itu memang keras, dan fisik batu itu persis seperti bahan logam pembuatan keris-keris kuno sakti yang konon juga berasal dari bahan batu meteorid. Itulah sebab dulu banyak orang mencoba mengambil bagian dari batu tersebut untuk tambahan bahan logam pembuatan keris. Kini untuk menghindari hal tersebut, batu Megantoro diberi pagar tembok dan diberi pintu besi.

“Dulu ada remaja yang datang ke sini secara tidak sengaja kencing mengenai batu itu, dan waktu pulang alat kelaminnya sakit membengkak sebesar lengan orang dewasa. Remaja naas itu akhirnya bisa sembuh lagi setelah keluarganya membawa kembali ke kompleks makam. Oleh juru kunci dimintakan doa permohonan maaf di dekat batu Megantoro tersebut. Sorenya alat kelaminnya kembali normal dan tidak terasa sakit lagi. Orang-orang yang berziarah ke makam pasti juga menyempatkan diri untuk melakukan doa dan tabur bunga di batu keramat ini,” pungkasnya. ***