MAKAM Dewi Sekardadu terletak di Dusun Kepetingan, Desa Sawohan, Kecamatan Buduran, Kota Sidoarjo. Untuk mencapai malam ini, bisa melalui jalan darat, dengan menyusuri pematang tambak, atau melalui sungai dengan perahu yang berangkat dari kota Sidoarjo.
Masyarakat selalu mengunjungi makam ini untuk berziarah dan berdoa, terutama pada upacara nyadran, yang digelar setiap bulan Ruwah, yaitu seminggu sebelum Ramadan. Untuk mencapai kawasan wisata religi makam Putri Ayu Dewi Sekardadu ini mempunyai dua rute berbeda, yaitu melalui daratan masuk di Desa Damarsari, kemudian mengikuti jalan aspal sekitar 5 km, sampai di Desa Sawohan. Apabila melalui laut dari Alun-Alun Sidoarjo, menuju Desa Bluru Kidul, kemudian bisa menyewa/menumpang perahu nelayan untuk sampai di desa sawohan.
Perjalanan yang ditempuh menuju makam ini melewati pembatas tambak sejauh 10 km, jalan yang berbelok-belok, dimulai dari yang ada pavingnya hingga jalan yang masih tanah. Jika hujan maka kondisi jalan menjadi licin.
Menurut Yasin, warga setempat, makam Putri Ayu Dewi Sekardadu ramai dikunjungi pada hari Sabtu-Minggu atau hari libur. Pengunjung makam ini pun beragam tidak hanya dari kota Sidoarjo saja. Namun, dari berbagai daerah lain juga,” katanya.
Sementara itu, Sejarawan Sidoarjo, Sukarno, mengatakan Putri Dewi Ayu Sekardadu adalah putri dari Kerajaaan Blambangan bernama Prabu Minak Sembuyu. Putri Ayu Dewi Sekardadu merupakan ibu dari Raden Paku atau Sunan Giri. Penyebar agama Islam di Giri Kedaton, Gresik.
Menurutnya, Putri Blambangan ini terkenal cantik, terserang penyakit berat. Segala upaya telah dicoba, Tabib dan Dukun sudah didatangkan. Namun, tidak bisa menyembuhkan putri tersebut. Raja Blambangan yang putus asa akhirnya menggelar sayembara barang siapa yang bisa menyebuhkan penyakit Putri Ayu Dewi Sekardadu, bila masih muda akan dinikahkan dengan Putri Ayu Dewi Sekardadu, apabila sudah tua akan jadi kerabat kerajaan.
Banyak yang mengikuti sayembara akan tetapi semuanya gagal, setelah beberapa saat ada orang yang bernama Syekh Maulana Iskak mengajukan diri untuk ikut sayembara, dan akhirnya diaberhasil menyembuhkan penyakit Putri Ayu Dewi Sekardadu. Sesuai dengan janjinya sang Rajap un menikahkan keduanya.
Tiba-tiba, Sang prabu dan Syekh Maulana bertengkar karena Sang Prabu tidak mau menerima ajakan Syekh Maulana masuk agama Islam. Dari permusuhan itu Syekh Maulana pamit mundur ketika ibu Putri Ayu Dewi Sekardadu sedang hamil besar.
Syekh Maulana berpesan jika lahir laki-laki, namakan dia Raden Paku. (kemudian terkenal sebagai Sunan Giri). Setelah Sunan Giri lahir, dia dihanyutkan di laut oleh Raja Blambangan. Mengetahui anak tercintanya dibuang ke laut, Putri Ayu Dewi Sekardadu menceburkan diri ke laut mengejar-ngejar anaknya. Namun gelombang ombak terlalu besar, dan tenggelamlah pula Putri Ayu Dewi Sekardadu. Jasad Putri Ayu Dewi Sekardadu terbawa arus hingga Sidoarjo.
Jasad Putri Ayu Dewi Sekardadu digotong ikan keting ke dekat pantai. Akhirnya dari peristiwa itu wilayah daerah ini diberi nama Ketingan atau Kepetingan.
Sukarno mengatakan memang Makam Dewi Sekardadu ada di tempat lain seperti di Gresik misalnya. “Itu ceritanya saat Sunan Giri yang berada di Gresik ingin agar lebih dekat dengan makam ibunya. Maka beliau memindahkan makam tersebut dengan cara gaib. Namun sebenarnya jasadnya ada di makam ini. Saya sudah melakukan penelitian dan komunikasi dengan makam ini,” jelasnya. Mus Purmadani