▪︎Peringatan Haul Mbah Karomah
dan Mbah Demang
▪︎GRESIK-POSMONEWS.COM,-
Kisah Mbah Karomah benar-benar misterius. Menurut literasi sejarah disebutkan Mbah Karomah mendapat julukan Mbah Cinde Amoh. Beliau merupakan sosok waliullah sakti dari Kemantren, Kranji, Paciran, Lamongan.
Makam keramat Mbah Karomah, Desa Ngampel, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, hampir setiap hari tidak pernah sepi dari peziarah.
Memang kisah keberadaan makam Mbah Karomah dan Mbah Demang masih simpang siur. Lantas siapa sebenarnya sosok Mbah Karomah dan Mbah Demang? Benarkah kedua sosok yang dimakamkan di wilayah Desa Ngampel, Manyar, Gresik, ini merupakan wali jadzab?
Haul Mbah Karomah, Mbah Demang, dan KH. Adnan Kasrib diperingati warga Desa Ngampel, Manyar, Gresik, setiap tahun. Haul sekarang bertepatan pada Senin 5 Agustus 2024 M/30 Muharram 1446 H.
Kisah Mbah Karomah memang cukup menarik. Diceritakan beliau merupakan sosok waliullah jadzab. Benarkah?
Begitu juga keberadaan makam Mbah Demang, sesepuh warga Desa Ngampel, sampai sekarang belum ditemukan keberadaannya. Di kompleks makam tersebut hanya ada makam Mbah Karomah, dan KH. Adnan Kasrib, sedangkan makam Mbah Demang sampai sekarang belum diketahui keberadaannya.
Seperti yang pernah dikupas https//posmonews.com bahwa yang dimaksud wali jadzab dalam istilah tasawuf “jadzab” suatu maqom atau keadaan di luar kesadaran seseorang, sudah tidak tertaklif secara syariat. Sedangkan JADZAB berasal dari jadzaba-yajdzibu-jadzban- berarti mempunyai makna “menarik”.
Sementara “maf’ul”-nya adalah majdzub berarti mengandung makna tertarik, di dalam istilah sufi, jadzab digunakan terhadap situasi bagi seseorang yang sedang mengalami (khoriqul adat) seperti “nyeleneh”, keluar dari adat kebiasaan umum, bisa dikategorikan orang gila “berkeramat”.
Mbah Karomah merupakan satu dari sekian ulama diberi pangkat kewalian oleh Allah SWT. Kisah hidupnya sampai sekarang terus dibicarakan banyak orang. Dikisahkan oleh masyarakat Desa Ngampel bahwa Mbah Karomah sosok ulama memiliki karomah cukup tinggi.
Mengapa dikatakan gila? Sebab munculnya pemahaman bahwa jadzab adalah hilangnya keumuman secara manusia, tentu beda dengan arti dari gila sendiri. Sebab gila didalam bahasa Arabnya: junna-junuunan (gila) atau, janna-yajunnu-jannan (menutup).
Secara etimologis, jadzab bentuk mubalaghah dari kata jadzaba artinya “menarik”, dan dalam format mubalaghah (superlatif) dapat diartikan “sangat menarik”.
Dalam terminologi pesantren, sering digunakan dalam konteks pengalaman batin dan pemahaman seseorang dimanifestasikan dalam perbuatan serta kata kurang dapat dipahami publik.
Perilaku jadzab Mbah Karomah menjadi cerita yang tak pernah habis. Bahkan jasadnya pun masih bisa diperintah membasmi sekelompok perampok.
▪︎Mbah Cinde Amoh
Kisah Mbah Karomah benar-benar misterius. Menurut literasi sejarah disebutkan bahwa Mbah Karomah mendapat julukan Mbah Cinde Amoh. Beliau adalah sosok sakti dari Kemantren, Kranji, Paciran, Lamongan.
Dikisahkan, saat itu di sungai Bengawan Solo, ada jasad mengambang di permukaan air Bengawan Solo. Kemudian jasad itu menepi di Desa Ngampel.
Anehnya, jasad itu berpindah-pindah lokasi bergerak ke utara, selatan, barat dan timur. Namun lokasinya hanya berputar di sekitar wilayah Desa Ngampel. Kabar adanya jasad aneh tersebut, sampai terdengar Kiai Gede Bungah. Akhirnya, Kiai Gede, mendatangi jasad di tepi Bengawan Solo itu.
“Wahai Cinde Amoh, kalau kamu benar-benar sakti, hiduplah kembali,” perintah Kiai Gede pada jasad itu.
Dikisahkan, setelah diperintah Kiai Gede (sekarang makamnya di belakang Masjid Kiai Gede Sampurnan, Bungah, Gresik. Kemudian jasad tersebut bangkit lantas hidup kembali. Ketika hidup, Cinde Amoh disuruh Kiai Gede memberantas sekelompok bandit sakti mandraguna yang selalu bikin onar di masyarakat.
Mbah Cinde Amoh pun mampu menjalankan tugas dari Kiai Gede dengan sempurna. Akhirnya, Kiai Gede mendengar Mbah Cinde Amoh telah selesai menjalankan amanah tersebut.
“Wahai Cinde Amoh asalmu dari bangkai berubahlah seperti sediakalah,” perintah Kiai Gede.
Seketika itu Cinde Amoh berubah lagi menjadi mayat dan dimakamkan di Desa Ngampel tidak jauh dari tepian sungai Bengawan Solo. Saat itulah kemudian warga menyebutnya dengan “Mbah Karomah” karena mempunyai banyak karomah sebagai waliullah.
Kepala Desa Ngampel, Manyar, Gresik, H. Ali Mansur, mengkapkan bahwa Mbah Karomah berasal dari Desa Kemantren, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, beliau sosok priyayi memiliki kesaktian.
Lebih lanjut Kades H. Ali Mansur menegaskan, tradisi Haul Mbah Karomah dan Mbah Demang dilakukan sejak dulu, namun tidak semeriah sekarang.
“Sejak tahun 1998 lalu peringatan Haul Mbah Karomah dan Mbah Demang dibikin lebih hikmat,” paparnya.
Sementara itu penceramah KH. M. Zainuri Ma’ruf asal Desa Mojopuro, Kecamatan Bungah, Gresik, mengungkapkan bahwa Cinde Amoh (artinya selendang amoh) merupakan julukan wong Jowo sing dugdeng.
“Kisah buaya putih gaib di Bengawan Solo tidak terlepas dari keberadaan Mbah Karomah,” kata KH. Zainuri.
Menurutnya, saat itu Mbah Karomah mempunyai 8 orang santri. Kemudian semua santrinya disebar ke berbagai daerah.
Dalam peringatan Haul Mbah Karomah, dan Mbah Demang tersebut dihadiri Camat Manyar, Hendriawan Susilo, S.Psi. mengungkapkan dirinya merasa takjub pada masyarakat Ngampel yang tetap nguri-nguri sejarah keberadaan pendiri desa.
“Dengan adanya haul Mbah Karomah dan Mbah Demang mampu membikin warga tetap guyub,” ungkap Hendriawan Susilo.**(ZA/SYL)