Vrindavan Hutan Kuno Tempat Kresna Dilahirkan

405 dibaca

▪︎POSMONEWS.COM,-
BAGI pencinta film India “Mahabharata”, maka tidak akan asing dengan kata VRINDAVAN. Vrindavan (bahasa Hindi: वृन्दावन) (ejaan lain: Vrindaban, Brindavan, Brindavana, atau Brundavan), juga dikenal nama Vraj.

Vrindavan merupakan kota terletak di distrik Mathura, Uttar Pradesh, India. Dahulu Vrindavan adalah hutan kuno tempat Kresna menghabiskan masa kecilnya.

Vrindavan kota ini terletak sejauh 15 km dari Mathura, tempat kelahiran Kresna. Di Vrindavan terdapat ratusan kuil yang dibangun untuk menyembah Radha dan Kresna.

Mathura merupakan kota suci di Uttar Pradesh, negara bagian India. Terletak sekitar 50 km dari sebelah utara Agra, dan 150 km ke selatan dari Delhi.

Kota tersebut merupakan pusat administrasi dari distrik Mathura di Uttar Pradesh. Selama zaman kuno, kota ini merupakan pusat perekonomian karena terletak di jalur perdagangan yang penting.

Mathura terkenal dengan tempat kelahiran Kresna, Krishnajanmabhoomi. Kuil Keshav Dev dibangun di sebuah lokasi yang dianggap sebagai tempat kelahiran Kresna (sebuah penjara bawah tanah, red).

Seperti dalam  Mahabharata, Mathura merupakan ibu kota Kerajaan Surasena, dipimpin oleh Kamsa, paman Kresna. Kota ini juga muncul dalam kisah “The Sign of Four” karya Sherlock Holmes.

Sektor pariwisata masih berkembang di kota ini. Ada beberapa tempat untuk dikunjungi di Mathura dan tersebar, kebanyakan kota-kota tersebut berhubungan dengan Mitologi Hindu.

Dalam mitologi Hindu, Kalayawana (Dewanagari: Kālayāvana) adalah nama seorang asura atau raksasa. Dia merupakan putra seorang brahmana, Gangia, dan diangkat menjadi raja para Yawana. Ia merupakan salah satu musuh Kresna yang kerap menggempur Mathura, kediaman Kresna (selain Sala dan Jarasanda).
Dalam Bhagawatapurana dikisahkan bahwa ia tewas terbakar oleh api kemarahan Raja Mucukunda. Dalam Bhagawatapurana diceritakan bahwa Kalayawana merupakan anugrah para dewa kepada Gangia. Pada mulanya Gangia dihina oleh para Yadawa.

Untuk membalas dendam kepada para Yadawa, Gangia melakukan tapa di pesisir samudra selatan. Ia melakukan tapa dengan sangat khusyuk selama 12 tahun. Selama bertapa, ia hanya makan bijih besi dan debu baja. Para dewa pun berkenan atas tapa yang dilakukannya.

Akhirnya para dewa mengabulkan keinginan Gangia, memiliki seorang anak yang mampu mengalahkan para Yadawa. Anak tersebut bertubuh hitam (dalam bahasa Sanskerta, kala berarti “hitam”).

Pada saat itu, raja para Yawana tidak memiliki anak. Maka anak bertubuh hitam tersebut diberikan kepada sang raja. Akhirnya anak itu disebut Kalayawana. Setelah dewasa ia menggantikan ayahnya, menjadi raja para Yawana.

Peperangan

Untuk menambah kemahsyurannya, ia berperang dengan raja-raja sakti. Kalayawana bertanya kepada Narada—seorang pengelana bijaksana—tentang keberadaan para raja yang sakti.

Setelah tahu bahwa sebagian besar raja yang sakti berasal dari golongan Yadawa, maka ia mengerahkan pasukan raksasanya menuju Mathura, salah satu pusat pemerintahan para Yadawa. Ia mengumpulkan ribuan gajah, kuda, dan kereta untuk menggempur Mathura.

Pada saat itu, Kresna-pemimpin para Yadawa-sibuk mengatur kotanya sebab kaumnya sedang berada dalam masa-masa peperangan dengan Raja Jarasanda dari Magadha.

Setelah menerima tantangan dari Kalayawana, ia menjadi bingung sebab ada dua kekuatan yang akan menyerang kotanya, yaitu pasukan Jarasanda dan pasukan Kalayawana. Apabila ia menyerang Kalayawana terlebih dahulu, maka Jarasanda akan memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerang.

Sebaliknya apabila ia bertarung dengan Jarasanda terlebih dahulu, maka Kalayawana akan menyerang para Yadawa yang lelah setelah berperang dengan Jarasanda.

Akhirnya Kresna memutuskan untuk mengungsikan para Yadawa di sebuah kota baru di pinggir lautan. Kota tersebut berdiri megah dan dikelilingi tembok yang kokoh. Kota itu disebut Dwaraka.

Kematian

Setelah mengungsikan rakyatnya, Kresna maju sendirian ke hadapan Kalayawana untuk menyatakan perang. Kehadiran Kresna dan pernyataan perang telah membuat Kalayawana bersemangat.

Dengan cerdik, Kresna berlari ke sebuah gua, tempat seorang raja yang bernama Mucukunda beristirahat di sana. Kalayawana ikut masuk ke dalam gua untuk mengejar Kresna.

Dalam gua yang gelap gulita, ia merasa ada tubuh manusia yang berbaring. Ia mengira bahwa orang itu adalah Kresna yang bersembunyi, sehingga orang itu ditendangnya, tanpa mengetahui bahwa itu adalah Mucukunda yang sedang tidur.

Karena merasa tidurnya diganggu, ia memandang Kalayawana dengan sorot mata penuh kemarahan. Kemarahan Mucukunda membuat Kalayawana terbakar hingga menjadi abu.

Akrura alias Babru

Akrura adalah salah satu tokoh dalam mitologi Hindu, seorang kesatria bangsa Yadawa, keturunan Yadu. Ia merupakan putra Swapalka dan Gandini, bangsawan Yadawa dari klan Wresni.

Dalam lingkungan bangsa Yadawa, ia merupakan salah satu panglima perang. Ia dikenal sebagai sesepuh Yadawa yang menjaga permata berharga bernama Syamantaka, setelah kematian Satrajit.

Dalam Bhagawatapurana dikisahkan bahwa Akrura (nama dari bahasa Sanskerta, akrur, berarti “tidak kejam”) merupakan salah satu putra Swapalka dan Gandini (alias Nandini).

Kakeknya bernama Presni dan ibunya merupakan putri dari kerajaan Kashi. Meskipun ada beberapa bagian Purana yang hilang, dan yang masih ada tidak cukup jelas, tetapi ada kesepahaman bahwa garis keturunan Yadu menuju Akrura sebagai berikut: Yadu, Krostu, Satvata, Wresni, Yudajit, Presni, SWapalka, Akrura.

Dalam garis keturunan Wresni, Akrura memiliki kakek moyang yang sama dengan Kresna. Akrura menikahi Sutanu, putri Ahuka, dan memiliki dua putra: Dewaka (alias Dewawat) dan Upadewaka (atau Upadewa).**(zubi/wida)