BPLP PGRI Revisi Bahan Ajar Ke-PGRI-an

230 dibaca

JAKARTA–POSMONEWS,-
Menindaklanjuti hasil Rapat Koordinasi Nasional BPLP (Badan Pembina Lembaga Pendidikan) PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), yang salah satu keputusannya adalah merevisi bahan ajar Ke-PGRI-an, maka BPLP PGRI menyiapkan Tim Penyusun Silabus, RPS, RPP, dan Bahan Ajar Ke-PGRI-an tersebut, mulai tingkat SMP, SMA/SMK, dan Perguruan Tinggi milik PGRI.

Silabus, RPS, RPP, dan materi bahan ajar Ke-PGRI-an perlu direvisi disesuaikan dengan ketentuan kurikulum yang berlaku dan dinamika perjuangan PGRI. Ada 16 sekolah PGRI dan 9 perguruan tinggi PGRI yang dilibatkan menjadi tim penyusun. Dengan pengarah Ketua BPLP PGRI, Prof. Dr. Supardi US, M.M, M.Pd dan Sekretaris BPLP PGRI, Dra. Dian Mahsunah, M.Pd.

Tim penyusun untuk tingkat SMP, terdiri dari perwakilan: BPLP PGRI/PGRI Provinsi DKI Jakarta (Dr. Adi Dasmin, M.Pd); PGRI Provinsi Jawa Barat (Dede Hidayat, M.Pd); SMP PGRI 3 Kota Bogor (Drs. Oman Komarudin, M.M); SMP PGRI 1 Kota Serang (Atang Toha, S.Pd), SMP PGRI 9 Cipayung (Harmi, S.Pd); SMP PGRI 1 Buduran (Drs. Koesmoko); SMP PGRI 3 Tebas (Urai Edipriatna, S.Hut); SMP PGRI 8 Denpasar (I Ketut Gede Adi Trisna Sugara, S.T, M.Pd); SMP PGRI 1 Semarang (Dra. Noor Hastuti, M.Pd).

Tim penyusun untuk tingkat SMA/SMK, terdiri dari perwakilan: YPLP PGRI Pusat/SMA Plus PGRI Cibinong (Dr. Basyaruddin Tayib, M.Pd); SMK Model PGRI Mejayan (Drs. Sampun Hadam, M.M); SMK PGRI 1 Ngawi (Titik Purwaningsih, S.Pd); SMK PGRI Kota Sukabumi (Riswan Safari, S.Pd, M.M); SMA PGRI 13 Tanjung Redeb Berau (Drs. H. Abdul Wahab); SMA PGRI 2 Kayen (Fitri Maria Ulfah, S.Pd); SMA PGRI 1 Palembang (Muhammad Zulkarnain, S.T, M.Pd); SMK PGRI Telagasari (Evi Isnandar, S.T, M.Pd); dan SMA Plus PGRI Cibinong (Nasukha Z., M.Pd); SMA PGRI 3 Banjarmasin (Desi Dewi Pratama, S.Pd).

Dari unsur perguruan tinggi PGRI, di antaranya perwakilan dari: BPLP PGRI/Universitas PGRI Adibuana Surabaya (Dr. H. Djoko Adi Waluyo, S.T, M.M, DBA); BPLP PGRI/Universitas PGRI Madiun (Prof. Dr. Parji, M.Pd); Universitas PGRI Palembang (Riswan Aradea, S.P, M.M); Universitas Indraprasta PGRI Jakarta (Iramdan, M.Pd); Universitas PGRI Yogyakarta (Darsono, M.Pd); Universitas PGRI Semarang (Drs. Sardju Maheri, M.Pd); IKIP PGRI Pontianak (Ferry Marlianto, S.Kom, M.Pd);
Universitas Persatuan Guru 1945 Kupang (Ir. Darmanto F. Kisse, M.P); STKIP PGRI Sidoarjo (Dr. J. Priyanto Widodo, M.Pd, MCE).

PB PGRI dan BPLP PGRI telah mengadakan pertemuan virtual melalui zoom meeting dalam rangka penyusunan silabus, RPS, RPP, dan bahan ajar Ke-PGRI-an pada SMP PGRI, SMA PGRI, SMK PGRI dan perguruan tinggi PGRI, Rabu (11/8/2021), yang diikuti oleh anggota tim penyusun dan pengurus BPLP PGRI dan PB PGRI.

Ketua BPLP PGRI, Prof. Dr. Supardi S, M.M, M.Pd mengatakan, bahan ajar Ke-PGRI-an perlu di-update untuk mengikuti perkembangan zaman, baik itu sebagai mata pelajaran di sekolah PGRI maupun mata kuliah di perguruan tinggi PGRI.

“Dulu bahan ajar ini bernama SPJD (Sejarah Perjuangan dan Jati Diri) PGRI, mungkin nanti bisa diganti dengan nama Ke-PGRI-an,” ujarnya.

“Tampaknya, untuk sekarang tidak semua sekolah PGRI mengajarkannya. Padahal sekolah itu dulu dibangun oleh PGRI. Sesungguhnya tidak bisa dilepaskan begitu saja. Nilai-nilai PGRI harus terefleksikan. Terima kasih kepada sekolah PGRI yang masih terus mengajarkannya,” katanya.

Menurutnya, paling tidak ada 2 tujuan untuk merevisi bahan ajar Ke-PGRI-an. Pertama, merefresh konten, tujuan, dan kompetensi dasar yang diharapkan. Kedua, membangun kembali semangat Ke-PGRI-an.

“Peserta didik atau mahasiswa harus dibuat bangga dengan PGRI. Juga, untuk menumbuhkan rasa cinta kepada guru dan tenaga kependidikan di lembaga pendidikan PGRI,”tambahnya.

Sesepuh PB PGRI, Prof. Ana S. Suparno yang didaulat untuk memberikan sambutan perdana mengingatkan perlunya naskah akademik sebagai pedoman kerja tim penyusun.

“Saya menyambut baik upaya ini hingga menyusun KI dan KD. Namun, membahas ‘kemengapaan’ itu juga penting. Untuk menanamkan sikap dan nilai kesejarahan, perlu ditanamkan sejak dini. Belajar sejarah dari SD hingga perguruan tinggi itu materinya sama, yang beda konten analisisnya disesuaikan dengan perkembangan zaman,” jelasnya.

Menurutnya, lambang-lambang/simbol-simbol PGRI dan lagu Mars PGRI harus diakrabkan. Melalui pembiasaan menjadi pembudayaan, dan akhirnya muncul perasaan cinta. “Untuk anak-anak bangsa bisa melalui gurunya. Meskipun ada kurikulum macam-macam, namun yang penting adalah jiwanya. Meskipun ada aturan-aturan baru, tapi jangan tinggalkan filosofi lama. Ingat pesan Bung Karno: Jasmerah (Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah),” katanya.

“Kita mendambakan NKRI yang cerdas, tidak meninggalkan kesejarahan. Yang di kelas bawah melalui pembiasaan yang menyenangkan. Apa di sekolah ada lambang-lambang dan jargon PGRI? Yang di kelas tinggi sudah materi yang filosofis. Semuanya untuk menanamkan kesadaran, menyaturagakan menjadi idealisme,” ujarnya.

Prof. Ana S. Suparno menambahkan, sebagai tindaklanjut berbagai masukan dan hasil rapat, ke depannya akan disiapkan juga tim untuk menyusun silabus, RPS, RPP, dan bahan Ke-PGRI-an untuk jenjang TK (Taman Kanak-Kanak) dan SD (Sekolah Dasar).

Saat membuka acara tersebut, Ketua Umum PB PGRI, Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd mengatakan, kali ini PGRI kembali bangkit. Membangkitkan lagi peran atau peranannya dalam perjalanan bangsa. Dengan membangkitkan kembali semangat ke-PGRI-an, nilai-nilai diciptakan kembali, ditanamkan, dibiasakan, menjadi kesadaran, dan menjadi way of life.

“Saya sepakat dengan Prof. Ana, harus ada satu naskah akademik yang menjadi pedoman untuk semuanya,” katanya.

Menurutnya, perlu juga dipikirkan bagaimana sekolah-sekolah PGRI bisa melakukan transformasi di era digital. Mulai TK, SD, SMP, SMA/SMK, hingga perguruan tinggi. Perlu juga diformulasikan profil siswa/mahasiswa lulusan lembaga pendidikan PGRI. Apa hanya berkarakter: tangguh, mandiri, dan pembelajar sepanjang hayat? Namun juga harus dijiwai dengan nilai-nilai Ke-PGRI-an.

“Pesan saya kepada tim penyusun, jangan terlalu akademis, jangan terlalu birokratis, dan jangan terlalu rumit,”tambahnya.

• (Koesmoko, Humas SMP PGRI 1 Buduran)