Susahnya Penderita COVID-19 Cari RS di Surabaya

155 dibaca

Warga Surabaya Pusat, Lilis Lestari (48), baru saja selesai masak ketika mendapat kabar bahwa adiknya menjalani perawatan Covid-19 di ruang isolasi RSI Jemursari, Surabaya. Dia merasa lega karena adiknya masih mendapatkan perawatan di rumah sakit.

”Soalnya di mana-mana penuh. Beruntung, masih dapat kamar,” ujar Lilis ketika dihubungi pada Jumat (25/6).

Namun, dia belum sepenuhnya lega. Sebab, saat ini adik iparnya masih belum mendapatkan kamar. ”Ditolak di beberapa rumah sakit,” kata Lilis.

Lilis menjelaskan, adik dan adik iparnya terpapar Covid-19 setelah salah seorang saudara jauh dari luar kota, datang mengunjungi rumah adiknya.

”Dia langsung masuk. Nggak cuci tangan atau protokol kesehatan lainnya,” kata Lilis.

Setelah berkunjung ke rumah adiknya, tamu itu bertandang ke rumah kakak ipar Lilis. ”Sekarang semua positif,” ucap Lilis.

Kini, dia mengaku lebih waswas dan menjaga diri. Terlebih lagi, Covid-19 juga mengambil nyawa suaminya tahun lalu. Sementara, bulan lalu, saudara sepupunya juga meninggal setelah hampir seminggu berjuang melawan Covid-19.

”Tahun lalu, suami saya ditolak 3 rumah sakit sebelum akhirnya diterima di RSUD Soetomo. Sehari di ruang isolasi, suami saya meninggal dunia,” ungkap Lilis.

Hal serupa terjadi pada RA, 23, salah satu warga Surabaya Timur. Dia sedang menjalani isolasi mandiri di kamarnya ketika mengetahui kabar bahwa neneknya koma karena Covid-19. Setelah ditolak beberapa RS karena penuh, neneknya meninggal dunia.

”Sudah waktunya makin menjaga diri. Cuci tangan dan patuhi prokes,” ucap dia meningkatkan.

Situasi Covid-19 di Surabaya memang makin tinggi. Per Kamis (24/6), ada 387 kasus aktif di Surabaya. Sebanyak 37 merupakan kasus baru.

Sejak awal pandemi, tercatat 24.982 warga Surabaya yang terpapar Covid-19. Sebanyak 23.218 di antaranya dinyatakan sembuh dan 1.387 orang meninggal dunia.

Dari data per Jumat (25/6), hanya ada 89 ruang isolasi dengan tekanan negatif di Surabaya. Kapasitas terbanyak di RSUD Soetomo, yakni 279 unit. Namun hanya tersedia 12 unit.

Kapasitas terbanyak kedua ada di RS Husada Utama, sebanyak 137 unit. Namun yang tersedia hanya 10. Direktur RS Husada Utama yang juga ketua Persi (Persatuan Rumah Sakit Indonesia) Surabaya Didi D. Dewanto mengatakan, saat ini, ketersediaan kamar atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakitnya memang penuh, namun cenderung dinamis.

”Dinamis ya, pasien silih berganti. Ada yang keluar dan masuk. Kita pulangkan pasien dengan kondisi baik. Sekarang 95 persen BOR RS saya,” tutur Didi.

Untuk itu, Didi mengimbau warga untuk tetap menjaga diri dan meningkatkan protokol kesehatan. ”Gunakan masker dan kurangi mobilitas,” kata Didi.
**(jawapos/ris)