Oleh: dr. Emilia Nissa Khairani
SUDAH hampir 2 bulan saya dan suami tidak sekamar dengan anak2. Bahkan, selalu memakai masker sepanjang hari saat interaksi dengan anggota seisi rumah.
Selama itu pula saya tidak mencium mereka. Sementara mereka setiap saat membuka pintu kamar saya dan berharap dipeluk dan dicium Umi dan Abi.
Awalnya kami pikir ini tak akan lama. Namun begitu ada berita bahwa PSBB dilonggarkan dan himbauan untuk penyelenggaraan lagi shalat berjamaah di masjid, kami nyaris putus asa. Belum terlihat dimana ujungnya situasi ini.
Tentunya ini belum seberapa… dibanding teman2 saya yang mengirim anak2nya ke tempat lain dan tinggal sendirian karen takut ia menjadi pembawa (carrier) tanpa gejala dan menginfeksi orang2 yang ia cintai.
Kami harus stock lebih banyak APD. Kami harus stock lebih banyak vitamin. Kami harus semakin menguatkan hati ini bekerja melayani orang2 yg (sebagian, bahkan sebagian besar) abai tersebut dengan ikhlas.
Dan kami harus siap menerima lebih banyak teman2 kami, bahkan mungkin kami sendiri nanti terinfeksi virus ini.
Tahukah kalian.. ada petugas yg mual dan sakit kepala hebat setelah beberapa jam memakai APD tersebut?
Tapi ia tetap harus lanjut bekerja.
Ada petugas yg harus dan sering mandi air dingin tengah malam saat keluar dari zona merah covid karena tidak mau membawa virus itu keluar.
Ada petugas yg baru bisa berbuka puasa jam 9 bahkan jam 10 malam krn ia harus menyelesaikan tugasnya dulu sebelum bisa melepas Hazmat yg dipakainya.
Ada petugas yang tiba-tiba menangis saat sedang dinas krn menahan rindu yg sangat dengan keluarganya, dan bahkan untuk menyeka air mata saja ia tidak bisa karena takut terkontaminasi.
Ah sudahlah.. kalian pasti sudah sering mendengar cerita2 pilu ini.
Mungkin jauh lebih memilukan lagi dari ini.
Tapi mungkin berjalan2 sore sambil membeli pabukoan tanpa masker lebih penting bagi kalian.
Beramai2 membeli baju lebaran di mall lebih prioritas bagi kalian.
Kami hanya perlu tetap bekerja dengan beban yg semakin berat, pasien yg semakin banyak, dan personel yg semakin sedikit.
Semoga pandemi ini segera berakhir.**
#dr. Emilia Nissa Khairani