Dilangsir melalui bisnis.com akibat habah virus corona atau Covid-19, sangat berdampak terhadap industri pariwisata dan perhotelan sehingga banyak hotel yang ditutup sementara.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia, Haryadi Sukamdani, mengonfirmasi bahwa saat ini pelaku industri sangat terpukul dengan keberlangsungan Covid-19. Pasalnya, krisis Covid-19 sudah sangat parah terjadi.
Menurutnya, hal paling penting yang harus menjadi fokus saat ini adalah pemulihan kondisi dari wabah Covid-19. Pasalnya, data korban yang meninggal di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan yang sembuh sangat mengkhawatirkan untuk semuanya.
“Jadi, masalahnya kan virus itu sendiri, kalau tidak bisa dikendalikan kita bisa apa-apa. Sekarang hotel yang sudah lapor tutup saja 698, lalu di industri lain juga banyak mengeluh karena rame batal order, mal sepi, dan lain sebagainya,” katanya.
Alhasil, menurut Hariyadi, kuartal II/2020 akan menjadi puncak tekanan pada industri. Dia juga menyayangkan pemerintah yang masih belum padu dalam koordinasi penanganan Covid-19.
Padahal, tuturnya, banyak masalah yang mesti diselesaikan seperti fasilitas kesehatan tidak memadai dan tidak ada penegasan kebijakan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.
Sementara itu sejumlah hotel berbintang di Kota Palembang, Sumatera Selatan, terhitung mulai 1 April 2020 menghentikan sementara operasional karena anjloknya okupansi atau tingkat hunian kamar sebagai dampak meluasnya penyebaran pandemi virus corona baru (COVID-19).
Manajemen hotel menutup sementara kegiatan usahanya untuk mengatasi anjloknya tingkat hunian hotel hingga 95 persen dari kapasitas kamar yang tersedia.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumatera Selatan, Herlan Aspiudin, mengungkapkan mulai awal April 2020 ada beberapa hotel yang menghentikan sementara operasionalnya, sedangkan sejumlah lainnya menerapkan operasional dengan sistem buka tutup.
Hotel yang terkonfirmasi menutup sementara kegiatan usahanya itu, yakni Hotel Santika Premier Bandara Palembang, sedangkan Grup Aston yakni Hotel Aston, Harper, dan Fave Hotel melakukan operasional dengan sistem buka tutup.
Manajemen sejumlah hotel di Palembang mulai menghentikan operasional karena tingkat hunian terus bergerak turun sejak tiga bulan terakhir.
Jika kondisi tersebut terus memburuk, akan lebih banyak lagi hotel milik anggota PHRI menutup sementara kegiatan usahanya karena pemasukan tidak sesuai dengan biaya operasional harian yang dikeluarkan.
Penurunan pengguna jasa hotel dipengaruhi banyaknya kegiatan, seperti pelatihan, seminar, dan rapat kerja yang dibatalkan, serta adanya penundaan perjalanan wisata sebagai tindakan antisipasi terhadap penyebaran virus corona baru itu.(bis/ant)