Dijaga Siluman Buaya Putih

170 dibaca

Beberapa waktu lalu, warga Desa Canggu, Mojokerto digegerkan oleh tenggelamnya seorang remaja di Kalimas. Sebab, beberapa hari sebelumnya juga kerap terjadi kecelakaan tidak jauh dari lokasi tersebut yang selalu berakhir tragis yakni pecah kepalanya, Subhannnallah….

SIANG itu, Minggu, sekitar pukul 11.30 Wib, ada enam remaja yang berlari kegirangan, terdengar salah satu dari mereka berucap “ayo rek, ayo cepetan (Ayo cepat teman-teman” sembari meloncat-loncat. Nampaknya mereka ingin menikmati libur sekolah di warung kopi sambil ber-wifi ria.
Setibanya di tempat yang dimaksud, “lah kok tutup” seru mereka serentak. Salah satu dari mereka mengajak untuk balik kerumah, namun Afif yang bernama lengkap Nur Mohammad Azzar Nur Afifudin nampaknya enggan untuk pulang. Dia pun kemudian mengajak 5 temannya untuk mandi disungai.
Karmani, seorang warga Dusun Balongsono, Desa Canggu, Kec. Jetis, Kab. Mojokerto siang itu sedang menggendong cucunya. Dia melihat gelagat aneh para remaja tersebut kemudian berteriak “He rek, awas loh yo, ojo bluron nok kali (He, nak, hati-hati loh ya, jangan berenang di sungai,” Serunya.
Nampaknya peringatan tersebut sedikitpun tidak digubris oleh para remaja tersebut. Mereka malah berlari kencang menyeberang jalan, dan langsung turun ke sungai. Tidak lama kemudian, sekitar pukul 12.30 Wib, Karmani kembali melihat para remaja tersebut berjalan menuju kea rah kediaman mereka di Perum Canggu Permai. Anehnya mereka Nampak hanya berlima. “Loh yang satu mana” pikir Karmani saat itu.
Berselang beberapa menit, mereka Nampak kembali berlari kearah sungai, kemudian mengatakan kepada salah seseorang yang kala itu sedang memancing ikan bahwa salah satu temannya tenggelam. “Masya Allah, koen iku cek bodone, ngunu kok yo gak ngomong ket maeng (Masya Allah, kalian itu kok bodoh, kenapa tidak bilang daritadi,” Seru orang tersebut sambil langsung berlari kemudian berenang ke sungai, namun yang dicari tidak berhasil ditemukan.

Mulanya Ingin Berselfie
Rupanya setelah gagal untuk menikmati wifi gratisan di warkop, mereka berencana untuk membuat video kemudian diunggah di jejaring sosial. Berenang di sungai jadi pilihannya. Sesampainya di sungai, Afif dengan 3 temannya kemudian mengambil potongan pohon pisang atau biasa disebut ‘gedebok’. Setelah itu mereka menceburkan diri ke sungai mas dengan tangan memegang gedebok tersebut.
Sedang dua teman lainnya mengambil gambar dari tepian sungai atau biasa disebut ‘gampeng’. Memang mulanya berjalan lancer, mereka melaju di tepian mengikuti arus sungai mengalir. Namun beberapa saat kemudian, mereka sedikit demi sedikit terseret ketengah sungai mas. Tak ayal mereka pun panik. Afif dan ketiga temannya kemudian melepaskan gedebok yang mereka gunakan untuk ‘ngintir’.
Mereka berupaya berenang menuju ketepian dengan sekuat tenaga, namun apa yang terjadi, afif dan salah satu temannya tertinggal lantaran tidak bisa berenang. Teman afif berhasil ditarik kepinggir, namun Afif gagal untuk ditolong, menurut Fauzi salah satu teman Afif mereka sempat merasakan ada yang menarik Afif ke sungai, sebab saat berusaha menarik badannya terasa sangat berat, dan akhirnya lepas.
Dimakan Kalap
“Kalimas memang gawat, apalagi saat bulan tujuh dan delapan, airnya pasti kelihatan jernih namun sangat berbahaya karena biasanya kalau ada yang bermain disana pasti dimakan kalap,” ungkap Karmani, penduduk asli Dsn Balongsono yang kediamannya tidak jauh dari bantaran Kalimas.
Hingga malam hari, upaya pencarian jasad korban terus dilakukan, Tim Sar juga turut membantu, namun masih nihil. Hingga seorang warga degan berbekal mitos yang ada di daerah mereka, yakni jika ada yang dimakan kalap, buang bantal korban ke sungai tersebut, dimana bantal tersebut berhenti maka disitulah jasad pemiliknya berada.
Tidak berapa lama kemudian bantal yang di lempar kesungai berhenti kemudian berputar-putar di satu titik kemudian hilang, tidak lama kemudian muncul kembali. Warag berharap dengan petunjuk tersebut jasad Afifi bisa segera ditemukan, bahkan keluarganya pun turut menunggui di tepi sungai sambil berharap bahwa putra mereka masih bernafas.
Satu Garis dengan Korban Kepala Pecah
Sekitar pukul 19.30 Wib, Yuris putra kedua dari pasangan suami istri Karmani dan Suripno menuju ke pinggiran sungai sambil membawa dupa kemudian dibakar dan berkata “Mbah tolong putune direwangi, arek sing kedeleb ndang diketokno, iku arek deso kene dewe mbah (Mbah saya minta tolong, cucunya ini mohon dibantu, anak yang tenggelam mohon segera dikeluarkan, sebab itu anak dari desa ini sendiri mbah,”ujarnya.
Ya, berbagai macam cara dan upaya terus dilakukan oleh warga sekitar demi mengetahui keberadaan jasad korban. Bahkan hingga malam hari beberapa warga masih tampak siaga, berharap doa mereka terkabul.
Beberapa juga mengatakan kalau ada kejanggalan dalam kejadian tersebut. Sebab, lokasinya berada satu garis lurus dengan kejadian kecelakaan yang merenggut nyawa seorang pengendara motor. “Sebelumnya ada kecelakaan, kepala orang tersebut pecah, namun wajahnya utuh,” ungkap Pungki, menantu Karmani.
Bahkan beberapa malam sebelumnya juga terjadi kecelakaan lagi antara pengguna sepeda motor. Untungnya tidak ada korban yang meninggal. “Mungkin kejadian ini jadi pengganti (tumbal) penjaga sungai kalmias yang konon siluman buaya putih,” imbuh Karmani. Memang, sudah banyak yang mengatakan bahwasannya saat melintasi sepanjang jalan masuk Desa Canggu hendaknya berhati-hati karena sering terjadi kecelakaan yang kebanyakan korban tidak selamat.
Sekitar pukul 21.30 WIB, Team Marinir yang melakukan penyisiran dari dalam sungai atau menyelam berhasil menemukan korban yang diperkirakan 50 meter dari saat korban tenggelam dalam posisi tubuh korban tersangkut batang kayu di dalam sungai. Kemudian dengan menggunakan ambulance PMI Kabupaten Mojokerto, korban langsung di evakuasi menuju ke rumah duka. Atas permintaan dari keluarga korban, jenasah tidak dilakukan otopsi. Kemudian oleh Petugas Kesehatan setempat dilakukan pemeriksaan luar saja dan dinyatakan tidak ditemukan luka atau tanda-tanda kekerasan. Cahya/Haris