Pura Marga Sirse dulunya hanya sebuah bangunan yang sangat sederhana terbuat dari kayu. Lokasinya jauh dari perkampungan. Kemudian dibangun oleh umat Hindu hingga dapat digunakan untuk sembayang dan berbagai kegiatan. Berikut ini hasil liputan wartawan posmonews.com Husnu Mufid.
Pura Sirse lokasinya berada di di Dieng Kota Malang. Tidak jauh dari Universitas Merdeka Malang. Boleh dibilang berada di tengah-tengah perkempungan. Padahal dulunya jauh dari perkotaan. Tapi sekarang berada di tengah-tengah kota dan kampus.
Dulunya banyak sekali umat Hindu yang datang. karena masih banyak yang beraga Hindu disekitar pura. Namun kini jumlahnya tinggal sedikit. Meskipun demikian, masih saja dikunjugi umat Hindu. mereka adalah mahasiswa-mahasiswi yang berasal dari Bali. Banyak mahasiswa yang berada Hindu mengunjungi pura tersebut. Karena dianggap cukup menarik dan mampu menjadikan hati tenang dan damai ketika memasuki pura tersebut.
Sebagian besar mahasiswa yang datang ke Pura Marga Sirse berasal dari Bali. Mereka menggunakan pura sebagai tempat sembayang secara bersama-sama maupun berkelompok. Mengingat pur di Malang tidak sebanyak di Bali. Oleh karena itu, mereka benar-benar memanfaatkan.
Para mahasiswa yang datang terdiri dari berbagai tingkatan. Ada yang berpendidikan SI, S2 dan S3. Mengingat lokasinya tidak jauh dari kampus yang tempat mereka belajar.
Selama melakukan sembayangan dan aktivitas di Pura Sirse mendapat bimbingan dari Romo Hindu Mardi dengan penih kasih sayang. Karena itulah, mereka menjadi pengikut Hindu yang taat manjalankan perintah agamanya.
Selama melakukan sembayang dan aktivitas di dalam Pura para mahasiswa tersebut melihat Romo Hindu Mardi dibantu istrinya memangku Pura Marga Sirse dengan pengabdian yang cukup tinggi. Terbukti ketika akan merayakan ritual sembayangan maupun keagamaan dilakukan sendiri. Seperti membeli janur sendiri dipasar. Belum lagi hal-hal yang lain. Meskipun usianya sudah mencapai 80 tahun. banyak umat HIndu bilang seluruh hidupmya untuk memangku pura tersebut.
Akhirnya mahasiswa HIndu Muda Malang membuat film tentang Romo Hindu Mardi Sang Pengabdi. Film tersebut diperakarsai oleh Kadek Adi Wibawa dan Tomy serta kawan-kawan. Kemudian di launching di Hotel Ubud Malam yang dihadiri 200 mahasiswa dan tokoh-tokoh Hindu dan pemangku serta Romo Hindu Mardi.
Pada launching pemutaran film Romo Hindu Mardi yang diketuai Kadek Erwan dengan mengundang Dr. I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MS III selaku tokoh Muda HIndu, anggota DPD dan Raja Majapahit. Juga mengudang Ketua Parisada Hindu Malang dan Jawa Timur serta mahasiswa se-Kota Malang.
Seluruh undangan yang hadir mengapresiasi pemutaran film yang berjudul Sang Pengabdi yang dibintangi Romo Hindu Mardi. Karena film tersebut meskipun dalam durasi agak pendek. Tapi memiliki nilai yang cukup tinggi. Dimada menggambarkan pengabdian Romo Mardi terhadap Pura Marga Sirse.
Pemberian Penghargaan
Usai launching pemutran film Romo Hindu Mardi Sang Pengbdidilanjutkan diskusi. Dalam diskusi tersebut bukan hanya membahas film yang baru diputar, melainkan membahas masalah kondisi umat Hindu yang ada di Malang. Hingga akhirnya mendapat keputusan untuk mendata seluruh mahasiswa Hindu yang kuliah di Malang.
Usai diskusi dilanjutkan dengan pemberian mendali kepada Romo Hindu Mardi atas pengabdiannya selama beberapa tahun oleh Dr. Shri I Gusti Arya Wedhakarna Suyasa MS III. Juga diberikan mendali dari Istana Mancawarna Tmpaksiring Bali kepada pamangku lainnya yang mengabdi kepada pura yang ada di Malang.
Dalam sambutannya, Dr. Shri I Gusti Arya Wedhakarna mengatakan, kita perlu menghargai Romo Hindu Mardi. Jasa-jasanya tanpa pamrih inilah yang membuat kita sebagai anak muda bersedia memberikan penghargaan.
Yang lebih kita pikirkan kedepannya yaitu penggenati Romo Hindu Mardi. Sehingga peroses regenerasi bisa berlanjut terus. Karena kita membutuhkan orang-orang semacam beliau itu. Sambutan tersebut, membuat mahasiswa yang hadir menjadi bersemangat untuk meramaikan dan mengisi kegiatan di Pura Marga Sirse Dieng Malang. Paera mahasiswa marasa terpanggil untuk mengabdi kepada pura tersebut.
Setelang acara pemberian medari dari Dr. Shri Is Gusti Ngurah Arya Wedakarna MS III dan puncak acara penutup dilanjutkan upacara doa dan sembayangan dipimpin Romo Mardi. Suasanapun menjadi hening dan suara doa bergemuruh dalam ruangan. ***