Di wilayah selatan Lamongan, Jatim merupakan kawasan hutan dan pegunungan kapur masih banyak misteri menarik untuk diungkap. Arifin dari posmonews.com mencoba menguak misteri jembatan tersebut.
BAGI warga Blubuk dan sekitarnya setiap kali melintas jembatan Penjalin Wulung dari Bluluk menuju Sukorame bikin bulu kuduk berdiri. Penuh kehati-hatian dan waspada. Setelah melintas jembatan ada parit atau selokan yang tak begitu dalam, badan jalannya selalu ambles dan retak-retak.
Jembatan yang baru saja diresmikan dan dalam masa tunggu, dibuat oleh kontraktor bonafit dengan biaya di atas 3 miliar, mengalami ambles sekitaran 20 cm hingga 40 cm. Paginya masyarakat Bluluk dan sekitarnya dibuat rame. Berkelakar dan celotehan diluar nalar. Entah siapa yang salah dengan jembatan Penjalin Wulung ini. Bila dilihat dari segi perencanaan, orientasi, maupun pelaksanaan dan pengerjaannya. Malah yang ekstrim setiap jembatan ini diperbaiki, ada sebagian warga yang membuat taruhan kalau selesai pasti akan rusak lagi dalam hitungan hari.
Baru dibangun, jembatan Penjalin Wulung itu pinggirnya ambles lagi. Dikasi batu dan diuruk sirtu lagi besoknya ambles lagi. Katanya ada ular di bawahnya. Adanya misteri dan mitos lokal, membuatnya untuk menelusuri kebenaran akan legenda dan cerita rakyat. Ternyata benar, jembatan ini separuhnya rusak disebelah kanan jembatan dari arah Bluluk, dan terlihat jelas ada bekas pengaspalan ulang.
Cak Seger, warga Blubuk menceritakan kejadian-kejadian aneh sekitar jembatan itu, muaranya sama katanya ada ular besarnya. “Menurut cerita orang-rang di sini memang ada ular besar yang bertapa di jembatan tersebut,” katanya.
Begitu juga yang diungkapkan Mbok Siyem. “ Ya, kalau ular itu selalu nyambang yen tretek kui mantun didandosi (sambang kalau jembatan itu usai diperbaiki), tapi setelah ditinggal menjadi bekas dan rusak lagi,” katanya.
Dengan amblesnya jembatan Penjalin Wulung ini, Hadi pelaksana sekaligus orang kepercayaan kontraktor terkait perencanaan, persiapan pengerjaan, pelaksanaan pengerjaan maupun material yang digunakan. “Semua sudah kita penuhi, sesuai aturan tehnis maupun non tehnis pak,” kata Hadi.
Gua Pertapan Ular
Nah dari cerita yang beredar, tentang keanehan yang berkaitan dengan jembatan Penjalin Wulung ini, amat menarik untuk ditelusuri. Di zaman modern gini membangun jembatan gini, yang sudah jelas ada masalah masak tidak bisa disiasati dengan teknologi modern atau malah sebaliknya dengan teknologi lokal yang berbasis teknologi kearifan lokal.
Akhirnya dugaan selalu menyalahkan teknologi terapan, sekaligus mengusung dugaan penyelewengan baik masalah perencanaan, masalah pelaksanaan, masalah bahan baku yang dipakai tidak sesuai standar. Lebih ekstrim selalu menduga dan mengkaitkan dengan bagi bagi hasil, dan membuat jaya rekanan maupun yang memberi rekanan. Selalu rusaknya jembatan Bluluk-Sukorame ini terkait dengan gua di dasar atau di bawah jembatan. Sebagai tempat bertapa ular besar, terusik. Benarkah?***