Sang Hyang Grodog merupakan suatu dorongan sekaligus puncak pemahaman spiritualitas model penglingsir (tetua) hidup dalam tradisi dengan tetap mencintai. Menghargai dan kesantunan pada Tanah Air/Bumi Pertiwi dengan segenap isinya yang disimboliskan dengan 23 jenis Sang Hyang Grodog tersebut.Berikut kelanjutan tulisan Es Danar Pangeran dari posmonews.com.
Adapun 23 jenis Sang Hyang Grodog tersebut yaitu Sang Hyang Sampat, Sang Hyang Bumbung, Sang Hyang Penyalin, Sang Hyang Lingga,Sang Hyang Joged, Sang Hyang Dukuh Ngaba Cicing, Sang Hyang Jaran, Sang Hyang Dukuh Masang Bubu, Sang Hyang Sampi, Sang Hyang Bangu-Bangu, Sang Hyang Kebo, Sang Hyang Tiling-Tiling, Sang Hyang Enjo-Enjo, Sang Hyang Manjangan, Sang Hyang Tutut, Sang Hyang Jangolan Dukuh Ngaba Penyu, Sang Hyang Barong, Sang Hyang Kelor, Sang Hyang Capah,Sang Hyang Perahu, Sang Hyang Sumbul, Sang Hyang Payung & Sang Hyang Bunga.
Bupati Nyoman Suwirta menyampaikan, tari Sang Hyang Grodog salah satu tarian sakral yang dikeramatkan dan upacara ini dilaksanakan yang ke tiga kalinya di Desa Lembongan,tentunya dengan rasa tulus iklas.
Ritual Aci Sang Hyang Grodog yang telah dilakukan ini agar mampu mengambil makna dan bisa diimplementasi dalam kehidupan dalam kehidupan sehari-hari. Seaungguhnya ke 23 jenis Sang Hyang adalah seiring dengan Kosep Tri Hita Karana. Yaitu bagaimana hubungan dengan Ida Hyang Widhi Wasa, hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan lingkungan.
Dicontohkan Sanghyang Sampat misalnya, kata Bupati Nyoman Suwirta, secara “sekala”, sampat merupakan alat pembersihan. Makna jauh kedalam dari ini, bagaimana kita membersihkan diri sendiri dari mulai dari pikiran, perkataan dan perbuatan. Begitu juga Sanghyang Penyalin, implementasinya, adalah persatuan. Bagaimana kita dalam kehidupan, bermasyarakat menjunjung tinggi persatuan. Dengan persatuan apapun yang kita lakukan bisa dicapai, begitu juga bila kita tercerai berai, akan mudah diadudomba.
Begitu juga makna Tari Sanghyang lainnya tentu sangat sarat dengan petuah-petuah ataupun norma-norma sesuai konsep Tri Hita Karana, yang harus kita pedomani dalam kehidupan sehari-hari” pesan Bupati Nyoman Suwirta
Sementara diakhir Prosesi Upacara Ngeluar/ Ngelebar Bupati Nyoman Suwirta bersama Ketua DPRD I Wayan Baru, mendapat Kehormatan untuk menurunkan Sang Hyang Bidara-bidari dari atas Sang Hyang Bunga sebagai tanda telah berakhirnya Ritual Aci Sang Hyang Grodog.***