Terdapat Altar Nabi Lao Tse dan Kong Hucu

217 dibaca

Klenteng Pao Sian Lin Kong cukup besar dan megah. Kelenteng ini pernah mengalami kondisi memprihatinkan pada zaman kemerdekaan hingga tahun 1950. Kemudian dipugar kembali  tahun 1963 oleh umat Tridharman. Berikut ini hasil liputan Bay Cahyo posmonews.com.

Kelenteng Pao Sian Lin Kong Sumenep terletak  di Desa Pabian Kecamatan Sumenep berumur 200 tahun lebih. Menurut keterangan orang-orang tua  bahwa tempat  ibadat itu asal mulanya dibangun di daerah Marengan sebuah kota kecil di Kecamatan Kalianget.

Pada zaman penjajahan  kota kecil itu pernah menjadi pusat  perdagangan  yang ramai. Belum diketahui  sebabnya mengapa tempat  ibadat itu  kemudian dipindah ke tempat yang sekarang bernama Kelenteng  Pao Sian Lin Kong. Hingga kini belum ada yang mengetahui siapa pendirinya. Kemudian pada zaman kemerdekaan hingga tahun 50-an oleh karena  adanya situasi kacau. Tempat  itu tidak  terurus  sehingga bangunannya  mengalami kerusakan berat.  Pada tahun 1963. Kemudian  dipugar menjadi bangunan baru oleh Yayasan Klenteng  Pao Sian Lin Kong.

Orang yang berjasa  dalam pemugaran  tempat ibadah  itu Ong Kie Tjay. Karena beliau memberikan dukungan moril dan materiil yang sangat kuat. Sehingga proses pemugaran dapat terselesaikan dengan cepat. Disamping itu ada dukungan  yang besar  dari  para dermawan selaku umat Tridharma

Bangunan Kelenteng Pao Sian Lin Kong terbagi dalam beberapa ruangan. Pertama, bangunan induk  yang didalamnya terdapat  tiga ruangan, diruangan tengah terdapat pula tiga buah meja Altar sembayangan lengkap dengan tempat lilin, pembakaran dupa dan menancapkan lidi hio.

Dibagian kiri, Altar sang Agung Hok Tek Ceng Sin, dibagian tengah  Altar Thian Siang Bo. Dibagian  kanan Altar Kun tek Cin Ong dan dihalaman depan  ruangan itu  terdapat meja sembayangan kepada Tuhan Thian. Ruang kiri ialah aula khusus khotbah.

Ruang kanan ialah lidang Sam Kau terdapat Altar  Nabi Lao Tse, Nabi  Sakyamani Buddha dan Nabi Kong Hucu. Pada bangunan tengah terdapat ruangan Hut Thong, didepannya adalah Altar Wie To Posat dan disebelah kanan adalah ruang Hiap Thian Siang Tie. Didalam klenteng tersebut bukan hanya terdapat Altar dewa-dewa. Tapi terdapat Altar Tri Nabi. Yaitu  Nabi  Lao Tse, Nabi Kong Hucu dan Nabi Syakyamuni Buddha.

Di kanan kiri ruang itu ialah ruang perpustakaan, ruang bacaan, ruang perlengkapan dan ruang kantor. Dibagian belakang terdapat ruang penginapan Biokong, ruang tamu agng, peristirahatan umat khusus  yang dari luar daerah, kamar mandi dan WC.

Disediakan Ciamsi

Dalam ruangan gedung klenteng tersebut setiap upacara  kebhaktian bersama dipimpin oleh pengurua tempat ibadah. setelah  sembayang dikumpulkan  di aula  khusus  untuk diberi  sajian riwayat-riwayat. Sehingga tiap ada kebhaktian umat selalu mengikuti secara bersama-sama.

“Bagi mereka yang ingin mengetahui nasibnya. Di klenteng itu disediakan Ciamsi (angka dalam kepingan bambu). Kemudian dilempar ke udara dan dijatuhkan ke tanah. Dari  situlah kemudian diketahui  akan nasib seseorang yang melempar benda tersebut,”ujar Liam An Kong salah seorang umat .

Berdasarkan surat keputusan Peperada Jawa timur tahun 1967, nama klenteng  itu diganti dengan  nama Tempat Ibadah Tridharma. Sehingga berubah menjadi Yayasan Tempat Ibadah Tridharma Pao Sian Lin Kong Sumenep. Orang yang berjasa dalam pemugaran tempat ibadah itu ialah Ong Kie Tjay. ***