Klenteng Pao Sian Lin Kong cukup besar dan megah. Kelenteng ini pernah mengalami kondisi memprihatinkan pada zaman kemerdekaan hingga tahun 1950. Kemudian dipugar kembali tahun 1963 oleh umat Tridharman. Berikut ini hasil liputan Bay Cahyo posmonews.com.
Kelenteng Pao Sian Lin Kong Sumenep terletak di Desa Pabian Kecamatan Sumenep berumur 200 tahun lebih. Menurut keterangan orang-orang tua bahwa tempat ibadat itu asal mulanya dibangun di daerah Marengan sebuah kota kecil di Kecamatan Kalianget.
Pada zaman penjajahan kota kecil itu pernah menjadi pusat perdagangan yang ramai. Belum diketahui sebabnya mengapa tempat ibadat itu kemudian dipindah ke tempat yang sekarang bernama Kelenteng Pao Sian Lin Kong. Hingga kini belum ada yang mengetahui siapa pendirinya. Kemudian pada zaman kemerdekaan hingga tahun 50-an oleh karena adanya situasi kacau. Tempat itu tidak terurus sehingga bangunannya mengalami kerusakan berat. Pada tahun 1963. Kemudian dipugar menjadi bangunan baru oleh Yayasan Klenteng Pao Sian Lin Kong.
Orang yang berjasa dalam pemugaran tempat ibadah itu Ong Kie Tjay. Karena beliau memberikan dukungan moril dan materiil yang sangat kuat. Sehingga proses pemugaran dapat terselesaikan dengan cepat. Disamping itu ada dukungan yang besar dari para dermawan selaku umat Tridharma
Bangunan Kelenteng Pao Sian Lin Kong terbagi dalam beberapa ruangan. Pertama, bangunan induk yang didalamnya terdapat tiga ruangan, diruangan tengah terdapat pula tiga buah meja Altar sembayangan lengkap dengan tempat lilin, pembakaran dupa dan menancapkan lidi hio.
Dibagian kiri, Altar sang Agung Hok Tek Ceng Sin, dibagian tengah Altar Thian Siang Bo. Dibagian kanan Altar Kun tek Cin Ong dan dihalaman depan ruangan itu terdapat meja sembayangan kepada Tuhan Thian. Ruang kiri ialah aula khusus khotbah.
Ruang kanan ialah lidang Sam Kau terdapat Altar Nabi Lao Tse, Nabi Sakyamani Buddha dan Nabi Kong Hucu. Pada bangunan tengah terdapat ruangan Hut Thong, didepannya adalah Altar Wie To Posat dan disebelah kanan adalah ruang Hiap Thian Siang Tie. Didalam klenteng tersebut bukan hanya terdapat Altar dewa-dewa. Tapi terdapat Altar Tri Nabi. Yaitu Nabi Lao Tse, Nabi Kong Hucu dan Nabi Syakyamuni Buddha.
Di kanan kiri ruang itu ialah ruang perpustakaan, ruang bacaan, ruang perlengkapan dan ruang kantor. Dibagian belakang terdapat ruang penginapan Biokong, ruang tamu agng, peristirahatan umat khusus yang dari luar daerah, kamar mandi dan WC.
Disediakan Ciamsi
Dalam ruangan gedung klenteng tersebut setiap upacara kebhaktian bersama dipimpin oleh pengurua tempat ibadah. setelah sembayang dikumpulkan di aula khusus untuk diberi sajian riwayat-riwayat. Sehingga tiap ada kebhaktian umat selalu mengikuti secara bersama-sama.
“Bagi mereka yang ingin mengetahui nasibnya. Di klenteng itu disediakan Ciamsi (angka dalam kepingan bambu). Kemudian dilempar ke udara dan dijatuhkan ke tanah. Dari situlah kemudian diketahui akan nasib seseorang yang melempar benda tersebut,”ujar Liam An Kong salah seorang umat .
Berdasarkan surat keputusan Peperada Jawa timur tahun 1967, nama klenteng itu diganti dengan nama Tempat Ibadah Tridharma. Sehingga berubah menjadi Yayasan Tempat Ibadah Tridharma Pao Sian Lin Kong Sumenep. Orang yang berjasa dalam pemugaran tempat ibadah itu ialah Ong Kie Tjay. ***