Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di tanah Jawa. Sungai berhulu di pegunungan seribu, di selatan Pulau Jawa dan berhilir di Laut Utara Jawa membelah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di masa lalu sungai ini memegang peran penting dalam kehidupan masyarakat. Berikut laporan Zuly posmonews.com.
SEBENARNYA banyak catatan sejarah yang menuliskan tentang Bengawan Solo. Salah satu diantara catatan disebuah serat berjudul Cariyosipun Bengawan Sala, serat ini ditulis oleh Raden Arya Adipati Reksa Kusuma, seorang Bupati di Bojanegara (Bojonegoro) pada tahun 1912. Serat ini merupakan salah satu catatan terlengkap mengenai Bengawan Solo. Namun, di sini juga dituliskan pula tentang mitos-mitos seputar Bengawan Solo dan beberapa tempat dianggap gawat di sepanjang aliran Bengawan Solo. Mulai dari Pegunungan Seribu di kawasan Wonogiri, Jawa Tengah sampai dengan kawasan Laut Utara, Gresik, Propinsi Jawa Timur.
Meski sungai ini sering kali mendatangkan kerugian bagi masyarakat sekitar sungai karena sering banjir di musim penghujan. Namun jika diteliti lebih lanjut terutama melalui serat Cariyosipun Bengawan Sala didapat penjelasan bahwa sungai ini juga memberikan keuntungan yang tidak sedikit bagi masyarakat. Sebab selain menjadi jalur transportasi air yang utama di masanya, sepanjang aliran sungai Bengawan Solo ini juga merupakan daerah subur yang sering dijadikan untuk lahan menanam berbagai tanaman pangan.
Sebagaimana yang dituliskan dalam serat itu jauh sebelum era perjalanan darat, sebelum rel-rel kereta api dipasang di pulau Jawa, jalur sungai memegang peranan vital bagi perdagangan dan perpindahan penduduk di masa silam. Banyak orang Jawa di masa lalu lebih senang menggunakan jalur transportasi air baik itu melalui jalur sungai maupun laut untuk melakukan sebuah perjalanan. Hal ini dikarenakan perjalanan melalui jalur sungai dianggap lebih cepat juga dianggap lebih aman. Oleh sebab itulah di masa lalu sungai-sungai besar selalu ramai dengan beraneka jenis kapal baik itu kapal penumpang maupun kapal barang.
Di Bengawan Solo sendiri ada satu titik yang di masa lalu merupakan tempat paling ramai. Dan tempat itu adalah aliran Bengawan Solo yang ada di daerah Ngawi, Jawa Timur. Kapal-kapal yang berlayar di Bengawan Solo dan melintasi daerah Ngawi itu kebanyakan adalah kapal-kapal yang hilir mudik menuju dan dari pasar-pasar di daerah Cepu. Menurut serat ini Cepu di masa lalu terdapat sebuah pasar besar yang menjadi pusat perdagangan.
Selain itu ada pula kapal-kapal yang berlayar menuju Kalitidhu, Bojanegara (Bojonegoro), Sedayu dan Gresik. Jumlah kapal-kapal yang berlayar di daerah itu disebutkan dalam serat ini mencapai angka ratusan.
Selain itu aliran Bengawan Solo ini juga sering kali digunakan oleh saudagar Cina yang ingin mengirim kayu jati ke para pelanggannya. Mereka (para saudagar kayu Cina) mengikat kayu jati yang akan dijualnya itu hingga membentuk rakit.
Pasir yang ada di pinggir Bengawan Solo ini juga sering dicari orang untuk berbagai keperluan. Selain digunakan untuk membangun rumah. Pasir-pasir itu juga digunakan untuk media urug halaman dan jalanan sehingga membuat halaman dan jalanan menjadi lebih bersih. Di sisi lain tanah endapan yang dalam serat ini disebut dengan tanah waled merupakan tanah yang sangat subur. Masyarakat sekitar Bengawan Solo menggunakan tanah ini untuk bercocok tanam saat musim kemarau tiba. Hasil pertaniannya juga beragam, mulai dari kacang-kacangan, berbagai macam buah, dan aneka sayuran. Tidak berhenti disitu saja ikan-ikan yang hidup di bengawan sala ini juga banyak jenisnya. Ikan-ikan ini selain memberi asupan gizi bagi masyarakat sekitar sungai juga memberi tambahan nilai ekonomis bagi masyarakat.
Permasalahan yang dihadapi oleh bengawan sala kala itu selain cara mencari ikan yang kurang baik seperti penggunaan dinamit. Juga terjadinya pencemaran yang dilakukan oleh pabrik minyak bumi. Pencemaran yang dilakukan oleh pabrik itu mengakibatkan rasa ikan yang hidup di Bengawan Solo menjadi lebih amis. Rasa ikan ini akan menjadi sangat amis apabila musim kemarau tiba. Dan akan berkurang saat musim penghujan tiba.
Bahaya di Bengawan Solo
Bengawan Solo meski memberi banyak keuntungan pada masa-masa tertentu juga mendatangkan kerugian. Umumnya mereka yang mengalami kerugian ini adalah mereka yang berdiam di sekitar bantaran sungai Bengawan Solo. Aliran sungai yang besar membuat sungai ini sering banjir pada musim penghujan. Penduduk yang kebanjiran ini bukan hanya kehilangan tempat tinggal tetapi juga kehilangan harta benda baik itu yang berupa barang maupun hewan ternak.
Dijelaskan dalam serat ini mereka yang kebanjiran akan mengungsi ke tempat yang lebih tinggi dan akan berdiam disana sampai air surut. Semua kegiatan untuk sementara akan dihentikan sementara waktu. Pada masa itu karena masih dalam masa penjajahan warga yang kebanjiran sebisa mungkin akan bertahan dengan caranya sendiri. Apabila kebutuhan makan habis, mereka akan pergi ke pasar dengan menggunakan perahu.
Perjalanan melintasi sungai ini bukanlah pekerjaan mudah. Sebab adakalanya kecelakaan air yang mengakibatkan pecahnya kapal-kapal milik penduduk sering terjadi. Batu-batu besar yang ada di sungai ini disebut salah satu faktor sering terjadinya kecelakaan air pada masa itu. Dan bukan itu saja buaya-buaya yang hidup di sungai ini juga memberi semacam ancaman bagi para pengguna aliran sungai. Walau sangat sering terjadi kasus penyerangan yang dilakukan oleh buaya yang hidup di Bengawan Solo ini keberadaan buaya-buaya ini tetap menjadi ancaman yang tidak boleh disepelekan. ***