Cikal Bakal Berdirinya Majapahit

470 dibaca

Situs Medowo terletak di Dusun Medowo,Desa Gampingrowo, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo. Kecamatan ini paling barat Kabupaten Sidoarjo dipisahkan Sungai Mas menuju Canggu, lalu Ujunggaluh dan Sungai Porong. Kawasan ini disebut-sebut cikal bakal berdirinya Majapahit.

DALAM buku karya Inggrit HE Pojoh berjudul “Medowo, Sebuah Ibu kota Majapahit”, menyebutkan bahwa Medowo adalah nama sebuah dukuh yang terletak di delta Sungai Brantas. Kurang lebih 5 kilometer sebelah timur percabangan Sungai Brantas menjadi Sungai Mas (Surabaya) dan Sungai Porong. Mayoritas wilayah dukuh ini secara administratif termasuk dalam wilayah Desa Gampingrowo, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Penelitian di Medowo dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta pada tahun 1986 memperlihatkan bahwa pada permukaan tanah banyak ditemukan indikator desa sekaligus merupakan situs arkeologi. Tinggalan arkeologis tersebut antara lain tembikar, keramik, bata, genteng, sumur kuno, lumpang batu, dan batu calon prasasti.

Secara sederhana, situs ini memperlihatkan ciri situs permukiman dari periode Hindu-Buddha. Pengujian lebih lanjut atas hasil penelitian pada situs Medowo yang luasnya sekitar 400 meter ini menunjukkan bahwa selain dahulu hutan belantara. Namun, tidak jauh pula dengan urat nadi perekonomian kerajaan-kerajaan pedalaman terdahulunya, seperti Singasari, Panjalu-Jenggala dan Dinasti Isyana. Yaitu dekat dengan Pelabuhan Canggu, Bendungan Waringin Sapta dan Muara sungai Brantas Ujunggaluh-Rembang juga Sungai Porong.

Selain jauh dari pusat ibukota Dahanapura, dan tersembunyi di sekitar Hutan Tarik, dengan leluasa pasukan baru Majapahit mengembangkan kekuatannya yang berasal dari Madura dan Tumapel. Terlebih dahulu mereka bisa menguasai daerah sekitar Trik seperti Ujunggaluh, Canggu dan semua delta Brantas, maka hal ini akan melumpuhkan sendi perekonomian kerajaan Jayakatwang di Daha.

Setelah Singasari diruntuhkan Raja Jayakatwang maka Raden Wijaya yang lolos dari penyerangan ke puri Singasari mencari perlindungan ke Madura yaitu Adipati Wiraraja di Sumenep. Hal ini sesuai dengan berita dalam Kidung Panji Wijayakrama, kitab Pararaton dan sumber primer Prasasti Kudadu berangka tahun 1216Ç/1294M yang di keluarkan oleh Dyah Sanggrāmawijayā Śri Maharajā Kĕrtarājasa Jayāwardhanā Anantawikramottunggadewa, nama nobatan Raden Wijaya setelah menjadi Raja Majapahit,

Prasasti Kudadu berisi pengalaman Raden Wijaya sebelum menjadi Raja Majapahit, dalam pelariannya menuju Songenep (Sumenep), yang telah ditolong oleh Rama Kudadu dari kejaran balatentara Jayakatwang setelah Raden Wijaya menjadi raja, penduduk desa Kudadu dan Kepala desanya (Rama) diberi hadiah tanah sima.

Wiraraja bukanlah tokoh asing lagi, pada masa Singasari dia adalah tokoh yang dalam Pararaton berhasil menghasut Jayakatwang untuk segera menyerang Singasari. Dalam dunia politik dia ahli dalam bidang strategi. Hal ini terbukti dengan usulan agar Raden Wijaya berpura-pura menghamba kepada Raja Jayakatwang. Setelah mendapat kepercayaan, Wiraraja menyuruh agar Raden Wijaya meminta hutan Tarik.

Kemudian Wiraraja mengirim orang-orang Madura dan Raden Wijaya mengerahkan orang Tumapel untuk membuka hutan tersebut untuk dijadikan desa. Saat pembukaan hutan ada salah satu prajurit yang lapar lalu memakan buah Maja namun terasa pahit sekali. Dari kejadian tersebut dinamakanlah desa tersebut Majapahit.

Akhirnya cita-cita Raden Wijaya untuk menjatuhkan Daha dan membalas sakit hatinya kepada Jayakatwang dapat diwujudkan dengan memanfaatkan tentara asing. Pada tahun 1215C/1293M Raden Wijaya membangun keraton baru di wilayah Tarik, kemudian menyatakan berdirinya sebuah kerajaan baru yang dinamakan Wilwatikta atau Majapahit.

Menurut Nugroho Arjo Lukito, Arkeolog BPCB Trowulan, Dusun Medowo memang merupakan cikal bakal kerajaan Majapahit. Sesuai sumber Kitab Pararaton dan Kidung Panji Wijayakrama, lokasi daerah yang diminta Raden Wijaya adalah hutan belantara yang masuk wilayah Tarik. “Dan di kawasan tersebut memang banyak banyak ditemukan situs-situs yang bergaya Majapahit. Sebagian ada yang bilang kalau hutan Tarik itu ada di Krian, tapi saya rasa itu tidak menjadi masalah. Karena pada zaman dahulu untuk satu desa saja wilayahnya begitu luas,” jelasnya ketika dihubungi Posmo melalui ponselnya. Mus Purmadani